Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Jadikan Ancaman Sebagai Tantangan

Keberadaan salon memang dibutuhkan untuk mempercantik diri, namun dalam perkembangannya tidak hanya untuk sekedar sebagai wadah untuk mempercantik diri, bisa juga sebagai gaya hidup dan menjadi suatu kebutuhan yang harus dipenuhi. Melihat gaya hidup kaum hawa yang sering menghabiskan waktu ke salon untuk mempercantik diri atau hanya sekedar bersosialita tentunya mendapat respon positif dalam menjamurnya keberadaan salon itu sendiri.

Tetapi ternyata apabila di perumahan saya banyak berdiri adalah salon-salon Thailand yang professional dan telah memiliki setifikat tingkat internasional, bagaimana dengan keberadaan salon lokal? Apakah tergeser?

Jika terdapat fenemona tersebut, menurut analisis saya, memang terdengar seperti ancaman jika salon-salon Thailand yang lebih memiliki sertifikat kompetensi, jadikan ini bukan sebagai ancaman tetapi jadikan sebagai tantangan, untuk sektor jasa (lebih tepatnya dibidang persalonan) Indonesia tidak kalah dengan Thailand, karena brand salon Indonesia (Rudi Hardisuwarno, Martha Tilaar, dll) sudah memiliki tempat tersendiri. Lain halnya jika salon dengan kepemilikan rumah tangga atau kepemilikan sendiri (tanpa ada brand besar yang mengikuti) akan menjadi persaingan yang ketat. Alangkah baiknya jika salon lokal tersebut mengikuti kursus atau sekolah yang berijasah atau bersertifikat kompetensi, tentu saja sertifikat yang dikeluarkan oleh sekolah persalonan yang sudah diakui dalam bidang persalonan, Misalnya Rudy Hardisuwarno School. Selain itu, ada beberapa strategi yang harus dilaksanakan agar tidak kalah bersaing dengan salon-salon Thailand, biasa disebut dengan strategi kompetisi (dikutip dalam teori Richard Branson) :



BACA JUGA : SELAMAT DATANG DESEMBER




Pertama, perhatikan apa yang pelanggan Anda tidak lakukan. Hal ini berkaitan dengan menciptakan inovasi-inovasi yang harus dikembangkan, dengan banyaknya pengalaman tentu saja pemilik salon akan mengetahui apa kelemahan dari bisnis yang dijalaninya, Misalnya: mengapa pelanggan belum puas dengan dengan salah satu treatment yang ditawarkan. Jika itu terjadi, hendaknya segera melakukan inovasi dalam pelayanan.

Kedua, meniru pesaing. Bukan dalam konteks sebagai plagiat, tetapi melihat apa kelebihan yang dimiliki oleh kompetitor (salon Thailand) yang menjadi andalan salon tersebut. Misalnya: salon Thailand terkenal akan interior salon yang back to nature. Maka, salon lokal dapat menirunya dengan cara memperhatikan disain interior dengan serius, dan tentu saja menonjolkan karakter salon lokal itu sendiri.

Ketiga, jadilah seperti pelanggan Anda sendiri. Posisikan diri Anda seperti mereka, agar mengetahui atau merasakan apa yang mereka rasakan. Jadi kita akan lebih memahami apa yang dibutuhkan oleh pelanggan. Tujuannya, agar pelanggan loyal kepada salon kita (lokal) meskipun banyak terdapat salon Thailand.

Terakhir yang saya tambahkan sendiri, yaitu dengan pendekatan lokal, karena memang masayrakat Indonesia yang lebih “tergoda” mengenai harga dan masih mempertimbangkan masalah harga, alangkah lebih baik jika memberikan diskon, atau promo-promo yang menonjolkan sisi harga. Tentu saja selain memperhatikan kualitas produk maupun jasa yang ditawarkan.


Nb: Richard Branson merupakan pebisnis asal Inggris yang telah mendirikan 360 perusahaan dibawah bendera Virgin Group.

Teori tentang strategi kompetisi berasal dari situs majalah entrepeuner yang telah diolah untuk konten blog ini.


Posting Komentar untuk "Jadikan Ancaman Sebagai Tantangan"