Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Cerita ABG : Dulu dan sekarang

Sekilas kalau baca judul, mungkin banyak pikiran yang bercabang. Apa itu ABG? ABG kepanjangannya apa ya? ABG = Anak Baru Gede? ABG = Abang Becak Gaul? atau ABG itu jurusan angkot di Malang, ABG = Arjosari - Belimbing - Gadang (lah, ketauan angkoters sejati). Yang pasti mau bahas, bercerita dan mungkin sedikit curhat, sedikit saja. Membahas tentang ABG = Anak Baru Gede.

Hmmm... ABG ya, coba berpikir sejenak. Saat masih ABG tepatnya saat memakai seragam putih-biru. Bukan seperti gadis-gadis yang hobi koleksi jepit rambut yang unyu-unyu. Tetapi aku dengan bangga pamer ke teman-teman karena potong rambut cepak! alias model rambutku kayak laki-laki, yang membuat beda hanya, aku memakai anting-anting dan pakai rok, udah gitu aja. Sehabis pulang sekolah, rok seragam, nggak pernah bersih, selalu aja kotor kena kapur tulis. Kalau pulang sekolah harus antri ambil sepeda di parkiran, di parkiran sekolah pun jarang kalau sepedaku "baik-baik" saja, ada kejadian bel sepedaku patah, remnya nyangkut di sepeda teman, pernah beruntung sih saat pulang sekolah sepedaku baik-baik saja, dan giliranku untuk iseng ke sepeda yang lain yaitu merobohkan sepeda siapa saja, jadi bayangkan sepeda yang parkir rapi, kemudian aku tendang, sepedanya jatuh secara beruntun, seru!!! Eh, tapi Sumpah!! aku nggak gitu lagi, ya karena perbuatan yang merugikan akan ada konsekuensinya, apa lagai kalau bukan dipanggil guru BP. Sumpah sekarang aku feminin, nggak percaya? lihat aja poto profil facebook, blog atau twitter, feminim kan? Meskipun femininmnya agak telat.

Apapun cerita kita saat ABG, yaitu dimana rasa ingin tahu, ingin coba-coba begitu tinggi, meskipun orangtua bilang "Jangan gitu... nanti....." jarang kita hiraukan, tetapi saat kena batunya, pasti bilang "Oh, iya ya..." selalu saja membuat kita mempelajari sesuatu. Suka sebal sih kalau Orangtua bilang "Dulu, Bapak kalau ke sekolah itu jalan kaki........, kamu masih enak sekolah pakai sepeda.........." Coba tebak apa reaksi anak yang baru belasan tahun harus mendengarkan cerita yang penuh petuah itu, dan tentu saja tidak tahu bagaimana keadaan "dulu"nya si Bapak? Otomatis nggak didengarkan dong, merasa dibanding-bandingkan. Lah wong si anak nggak tahu kondisi "dulu" itu bagaimana, kok disuruh mikir yang bukan masanya. Oiya, si anak itu adalah aku sendiri (buka kartu), ya gimana dong, kenapa jaman sekolahku harus dibandingkan dengan jamannya orangtua? Pasti beda, karena hidup itu terus bergerak maju, bukan stagnan atau mundur. Mungkin, dulu kalau berangkat sekolah jalan kaki merupakan hal lumrah atau biasa, sekarang (ketika aku masih ABG) mana mau berangkat sekolah jalan kaki, bisa-bisa sampai sekolah telat, terus dihukum atau tiga kali telat, berhadapan dengan guru BP. itu pemikiranku ketika dibanding-bandingkan ABG jaman orangtua dengan jamanku. Tetapi baru paham kalau orangtua bicara seperti itu, bermaksud untuk selalu bersyukur.
ABG punya masanya sendiri, cerita orangtua saat ABG pasti beda dengan cerita ABG pada tahun 2013. Ya iyalah, dulu nih saat aku ABG, nggak pernah tuh dibekali dengan handphone, sekarang beda, hampir anak-anak usia belasan tahun sudah dibekali handphone, atau lebih tepatnya smartphone, karena memang saat jamanku belum tercipta smartphone. Itulah mengapa ABG punya masanya sendiri. Jadi kurang sreg aja kalau ada yang membandingkan "Dulu dan sekarang". Lihat dong jamannya gimana. Dulu jamannya masih TVRI, sekarang sudah tivi kabel. Ilmu yang diserap oleh ABG jaman dulu dan sekarang juga beda.

Dulu, masuk ekskul paduan suara di sekolah susah banget, sekarang untuk menyalurkan bakat ada wadahnya, bahkan sangat mudah untuk menyalurkan bakat, karena banyak bertebaran program idol, program akademi, ataupun banyak ajang yang dapat menjadikan orang "biasa-biasa saja" jadi seorang idola. Kalau terus-terusan membandingkan ABG dulu dan sekarang nggak ada habisnya, pasti juga berpikir, sekarang enak, akses apa-apa mudah, cari ini itu tinggal tanya aja di Mbah google. Sebetulnya itulah kehidupan, selalu berkembang maju ke depan, seperti yang telah disebutkan di atas. Bersyukur saja bisa merasakan ABG di jamannya, daripada tiba-tiba lahir langsung berkumis, berjenggot punya anak sepuluh, serem dong. Kalau merasa hidup "Kok gini-gini aja" "bosen hidup gini terus", hmmm coba deh melihat ke belakang sebentar apa benar hidup itu membosankan? Apakah masa ABGmu merasa datar-datar saja sehingga ketika beranjak dewasa juga datar-datar aja? Atau jangan-jangan kamu yang tidak berkembang sesuai dengan jaman? Siapa tau.


Artikel ini turut mendukung gerakan PKK Warung Blogger 


Posting Komentar untuk "Cerita ABG : Dulu dan sekarang"