Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

15 Tahun Jadi Angkoters

Antara bangga atau sedih saat baca judul posting, eh bangga sih jadi angkoters. Meskipun sudah 15 tahun jadi angkoters, wajahku masih kinyis – kinyis mulus nan mempesona, nggak keriput gara – gara kelamaan nunggu angkot yang nggak datang juga. Masih banyak yang heran gitu melihat aku yang masih setia naik angkot, pertanyaannya masih tetap sama, kok bbetah nunggu angkot yang lama. Ya, nunggu angkot aja aku jabanin, apalagi nunggu jodoh yang belum datang juga *tsah*.

Bukannya nggak bisa naik sepeda motor, tapi ada kejadian yang bikin horor. Saat masih latihan, dan sudah berani naik sepeda motor di jalan, entah kenapa tiba – tiba hampir nabrak anak kecil yang lari – lari sama temannya, entah si anak muncul dari mana atau akunya yang ngelamun. Akunya banting setir dan jatuh cantik, eh si anak malah senyum aja. Ya, untung nggak apa – apa. Akhirnya menyerahkan jiwa raga sepenuh hati untuk naik angkot.

Pertama kali naik angkot.

Masih ingat saat naik angkot pertama kali tuh waktu SMP kelas 1. Satu kelompok gitu, ada 5 teman yang niat banget untuk ngemall di Sidoarjo kota. Pertamanya ijin ke Mama, eh malah diketawain, katanya aku kan manja dan masih kecil, emang bisa naik angkot sendiri. Duh, rasanya pengin nelen bakso seratus mangkok, seret. Emang sih, waktu pertama kali agak grogi gitu naik angkot bareng teman. Karena kalau jalan ke Mall, pasti sama Mama atau sama Mbak, tinggal duduk plus dibayarin. Lah ini, ke Mall keroyokan gitu. Bismillah aja deh, trus Mama beritahu harus naik angkot yang mana dan berapa ongkosnya. Waktu dulu ongkosnya masih sekitar 1.500 – 2.000 anak sekolah dan umum dibedakan. Saat perjalanan pada nggak tenang, takut nyasar, eh ada juga loh temanku yang malah tidur di angkot. Padahal yang lainnya celingak – celinguk lihat jalan. Misi terselesaikan dengan deg – deg dhuar, akhirnya bisa naik angkot sendiri.

Biar nggak bosen nunggu angkot.

selalu ada gregt momen.


Bohong rasanya kalau aku orangnya sabar nunggu angkot, aku juga pernah sebel dan bĂȘte banget kalau nunggu angkotnya datang, nunggu penumpang penuh atau angkotnya ngetem di pinggir jalan cari penumpang. Belajar dari pengalaman, biar nggak bĂȘte setengah mati, di dalam tas selalu bawa buku yang tipis, ya bawa komik juga boleh, efektif loh untuk membunuh rasa bosan. Kalau lagi nggak ada bacaan terbaru, paling aku bawa buku catatan, biasanya berdiam diri muncul ide untuk draf postingan blog, atau konsep untuk mengunggah setoran foto di komunitas fotografi ponsel, pokoknya mencatat apapun ide yang terlintas. Kalau ada janji untuk ketemu, biasanya aku berangkat satu hingga dua jam lebih pagi dari jam ketemunya, tergantung lokasinya juga. Lebih baik sampai di lokasi kepagian, ketimbang harus terlambat.

Angkot, riwayatmu kini.

Tidak dipungkiri, lama nunggu angkot juga disebabkan karena sepi penumpang. Biasanya, angkot akan berangkat jika penumpang sudah penuh. Kalau nunggunya lama, berarti banyak yang meninggalkan angkot sebagai alat transportasi. Ya, mau gimana lagi, saingannya banyak, antara lain ; kredit kendaraan bermotor semakin murah, uang muka lima ratus ribu sudah dapat motor bebek, kemudian ada juga ojek online yang sekarang jadi primadona alat transportasi. Kalau melihat dari segi pelayanan, banyak kok usaha pemerintah daerah untuk meremajakan angkot maupun transportasi umum lainnya. Hanya saja, kembali lagi ke kita, kalau ingin mengurangi macet, boleh lah dua hari dalam seminggu naik angkot atau transportasi umum lainnya, membiasakan diri, kemudian secara terus – menerus juga terbiasa naik angkot, sekalian ajak teman atau kerabat untuk membudayakan naik angkot.

Karena akrab dengan sopir angkot, malah dijadikan tempat curhat sama sopir, banyak dari sopir yang mengakui kalau sepi setoran, kalah sama ojek online, mereka lebih suka nunggu carteran yang rombongan gitu daripada narik setiap hari. Tapi, kalau nggak narik kasihan istri di rumah. Dilemma ya, sebagai penumpang kita pengin cepat sampai tujuan, tapi dari sudut pandang sopir, harus penuhi setoran setiap harinya, yang semakin lama semakin menurun.

1 komentar untuk "15 Tahun Jadi Angkoters"

  1. Akuh...akuh pelanggan setia angkot sakit seringnya mondar mandir naek angkot aku kenal beberspa dopir angkotm kadang tinggal telpon aja minta ditungguin atau dijemput

    BalasHapus