Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Beli Buku Second, Kenapa Nggak?



Gimana belanja akhir tahunnya? Dompet sempat diselamatkan? Atau dompet udah kempes waktu Harbolnas? Alhamdulillah di Harbolnas kemarin sempat belanja barang yang diincer, kemudian ngelirik toko buku dan obral buku teman – teman. Jadi terpikir, lebih baik belanjanya setahun sekali aja, waktu akhir tahun yang memang banjir diskon, hehehe. Ya yang penting belanja sesuai kebutuhan dan budget, biasanya sebelum belanja, di-list terlebih dahulu pengin belanja apa, kemudian tancap gas untuk belanja.

Bagaimana yang kantong tipis, yang kalau lihat dompet malah ngelus dada doang?

Selain beli disaat diskon, bisa juga membeli barang second hand, alias barang bekas. Di sini aku nyebut barang bekas dengan barang second, bukan barang yang imitasi, fotocopyan atau KW.

Namanya juga hobi, rasanya hati belum terpuaskan kalau barang incaran belum terbeli. Begitu juga dengan aku. Pertama kali menetapkan hati untuk mengoleksi buku tertentu, baru tahun ini. Kalau sebelumnya sih menjadi pembaca penimbun dan pembaca yang random. Kalau sekarang sudah bela – belain pilah – pilih buku mana yang dikoleksi (ditimbun), mana yang dijual kembali.

Karena buku yang dicari lumayan menguras kantong, kadang beli saat obral, kadang nabung dulu, yang paling banyak aku lakukan adalah mencari teman – teman yang menjual bukunya, teman – teman yang doyan nimbun, banyak juga jual bukunya, karena memang bukan genre yang dia suka atau emang butuh duit. Kalau sudah begitu, harus jeli, biasanya banyak yang nyolek duluan kalau mau obral bukunya, nggak jarang mereka share lewat sosial media.

Meskipun second, kita sebagai pembeli harus teliti buku yang kita beli, yaitu :

1. Beli second, bukan beli bajakan. 

Yuk, hargai penulis dengan cara membeli karyanya yang asli. Jika teman – teman belum tahu, bahwa proses dari menemukan ide untuk menulis hingga beredar di pasaran, tidaklah mudah dan memakan waktu yang sangat lama. Apalagi persaingan satu judul buku dengan judul lainnya di toko buku juga tidak mudah. Maka, jika teman – teman ngefans dengan salah satu penulis, beli yang asli meskipun second, itu juga bisa menjadi salah satu bentuk motivasi si penulis untuk berkarya lagi dan lagi. Kalau banyak yang beli bajakan, penulis bakalan ogah – ogahan untuk nulis buku lagi. Bagaimana membedakan buku asli dengan yang second? Biasanya bisa terlihat jelas dari cetakannya, pernah ketemu buku dengan cetakan yang kurang tebal, halamannya miring dan kertas yang dipakai lebih tebal dari buku yang asli. Jika teman – teman membelinya melalui media daring (online), pastikan penjual memberikan garansi keaslian buku, kalau tidak, dikembalikan atau black list si penjual, jangan mau beli di sana. Kalau kalian beli, berarti ikut menjadi bagian melestarikan barang bajakan. Serem.

2. Banyak tanya, banyak tahu.

Sebagai pembeli, kita diberikan hak untuk bertanya. Jika detail produk yang sudah ditulis penjual ada yang belum kita pahami, boleh loh untuk bertanya, misalnya di detail produk, kertas buku sudah mulai menguning. Kita boleh tanya, “Apa hanya kertas menguning, apa ada coretannya?” nah seperti itu diperbolehkan, karena kita membeli buku second, nggak terlalu berharap banyak kondisi yang dijual merupakan kondisi masih bagus, setidaknya kondisinya bisa dibaca, tidak robek, halaman tidak ada yang hilang. Kalau lagi beruntung, biasanya ada teman penimbun yang menimbun dua buku dengan judul yang sama, kalau gitu biasanya buku second yang masih segel belum pernah dibaca. Aku pernah dong kebagiaan buku second tapi masih segel.



BACA JUGA : NGERUMPI TIMBUNAN BUKU




Kok nggak pinjem buku aja?

Aku orangnya pelit untuk meminjamkan buku yang aku punya ke orang lain, kecuali dengan teman yang benar – benar aku tahu kalau dia pecinta buku. Pernah kejadian, aku meminjamkan buku yang aku suka ke teman, karena temanku ada tugas untuk menganalisa novel misteri, eh ternyata waktu bukuku dibalikkin, keadaannya bikin nyesek, ada cap koran (kayaknya bukuku lembap, jadi ngecap koran) terus nekuk buku kayak keliatan lem nya (tengah buku), duh nyesek deh pokoknya. Dari kejadian itu, nggak mau minjemin, nggak apa – apa dibilang pelit, yang penting koleksi buku, aman.

Posting Komentar untuk "Beli Buku Second, Kenapa Nggak?"