Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Mengajarkan anak untuk mengelola uang

mengajarkan anak untuk mengelola uang (cr: pexel)


Sebelumnya, masih suasana lebaran karena masih bulan Syawal. Mohon maaf lahir dan batin yaaaa, mungkin ada tulisan, perkataan maupun perbuatan yang sekiranya kurang berkenan, mohon untuk dimaafkan. 


Apakabar hayati selesai liburan? Masih susah move on dari liburan atau masih tak percaya dompet kempes karena pada bagi – bagi “salam tempel” ke keponakan? Semoga yang “tua – tua” semakin banyak rejekinya ya, terus tahun depan, jumlah duit “salam tempel” semakin banyak.

Sudah merupakan hal yang biasa kalau yang tua ini memberikan rejekinya ke yang muda – muda dengan tujuan berbagi kebahagiaan, bukan masalah nominalnya, kadang anak – anak malah suka loh uang baru meskipun dapat uang dua ribu sebanyak lima, uang baru lebih bikin anak – anak sumringah. Lain halnya kalau keponakan yang sudah ngerti nominal uang, kadang malah nanya, “kok yang biru, yang merah dong.” Ikh rasanya pengin uwel – uwel keponakan.

Kalau masih kecil, duit hasil “salam tempel” langsung dikasih ke ibunya, taunya nanti buat beli jajan, lah kalau sudah besar, kira – kira sudah masuk SD, wah nggak mau tuh kalau duitnya dipegang ibunya, maunya dibelanjakan atau ditabung sendiri. Seperti keponakanku, maunya dibeliin barang incerannya yang sudah diidam – idamkan. Sebagai orangtua, penginnya memberikan kepercayaan ke anak untuk pegang duitnya sendiri, tapi nggak menutup kemungkinan menjadi resah, apa benar duitnya bakalan dikelola dengan baik.

Sebagai calon ibu yang ingin mengerti dunia anak – anak, ingin tahu bagaimana sikap orang tua ke anak, khususnya mengajarkan anak untuk mengelola keuangannya sendiri, agar tidak boros, tahu sendiri dong ya banyak permainan yang ngehits, pasti anak – anak tergiur mau beli ini itu. Ada nih buku Financial Parenting yang ditulis oleh Kak Seto dan Lutfi Trizki, semoga bisa menginspirasi orang tua, oiya pembahasannya dari pemahamanku tentang buku tersebut, kalau ingin lebih jelasnya langsung aja beli bukunya.

Menjadikan Anak Cerdas dan Cermat Mengelola Uang :


1. Dalam buku ini menjelaskan secara dasarnya, yaitu Apel Jatuh Tidak Jauh dari Pohonnya.


Sikap anak itu boros atau nggak tergantung dari kebiasaan orang tuanya, kalau orang tuanya setiap minggu mengajak ke mall, kemudian beli barang ini itu tinggal gesek kartu kredit, dengan sendirinya anak – anak juga melihat dan mengikuti kebiasaan orang tua. Maka dari itu, fakor keluarga memengaruhi sifat anak. Kalau ingin anak anda pintar mengelola uang, diri sendiri harus memberikan contoh yang baik untuk anak. Di buku ini juga membahas tentang perkataan – perkataan tentang uang dan ada semacam tabel tentang sikap kita terhadap uang, yang nantinya bisa mengubah mindset kita. Yang belajar bukan hanya anak – anak, orang tua juga perlu nih belajar.

2. Uang di mata anak.


Anak – anak yang selalu ingin tahu, meskipun belum mengenal nominal uang, ajarkan anak untuk bertransaksi, misalnya mendampingi anak ketika membeli peralatan sekolah, ajarkan anak untuk mengantri saat di kasir, memberikan uang kepada anak untuk membayar, biasanya umur 3 – 5 tahun anak dikenalkan tentang uang, setelah itu anak dikenalkan tentang nominal uang, besar kecilnya nominal uang, untuk selanjutnya anak – anak diberikan tanggung jawab untuk mengelola uangnya sendiri. Orang tua bisa membicarakan tujuan yang ingin dicapai oleh si anak saat memegang uang, tujuan jangka pendek atau jangka panjang. Berikan pemahaman tentang tujuan jangka panjang yang bisa dilakukan oleh si anak dengan uang di dia punya, misalnya liburan tahun depan bisa berlibur tempat wisata impian, jadi nabung terlebih dahulu untuk mencapai tujuan tersebut. Tentu saja tujuan jangka pendek atau jangka panjang harus spesifik, misalnya menabung 50.000 perbulan selama enam bulan untuk berlibur ke pantai. Nabung 50.000 perbulan untuk membeli meja belajar yang baru.

3. Dari mana anak mendapatkan uang?


Pada umumnya anak mendapatkan uang dari uang saku harian yang diterimanya, besar kecilnya uang saku tentunya dilihat dari kegiatan si anak. Uang saku juga membuat dilem tersendiri, kadang anak malah meminta lebih dengan alasan beli jajannya masih kurang, jika menemui hal seperti itu, orang tua harus konsisten untuk tidak memanjakan anak. Beri pengertian untuk bertanggung jawab dengan uang yang didapat, atau memberikan jalan keluar jika anak ingin mendapatkan uang saku lebih, anak harus “bekerja”. Bisa dengan membuat prakarya yang nantinya dijual kepada teman sekelasnya. Dengan ini anak akan memahami pengorbanan yang dilakukan untuk mencapai tujuan. Sediakan juga celengan untuk anak, agar mulai membiasakan diri untuk menyisihkan uang jajan.

3 hal tersebut sebagian kecil dari buku yang aku baca yaitu “Financial parenting”, masih ada beberapa poin yang bisa diterapkan agar anak bisa mengelola uang. Kalau dibahas semuanya, eh nanti spoiler, beli bukunya aja deh ya.

LPS


Nah, kalau uang di celengan sudah penuh, ajarkan anak untuk menabung di bank. Dengan mengenalkan transaksi menabung di bank secara dini, anak – anak akan terpacu untuk menabung secara konsisten, dengan menabung di bank, tabungan anak akan aman daripada hanya disimpan di rumah. Karena setiap simpanan yang ada dalam bank, dijamin oleh LPS (Lembaga Penjamin Simpanan).

3 komentar untuk "Mengajarkan anak untuk mengelola uang"

  1. Mengajarkan anak untuk mengelola keuangsn sejak dini memang perlu karena bagaimanapun juga suatu saat anak akan mengenal namun dg pengajaran sejak awal tentu akan lebih tertanam dlm pikirannya
    budaya salam tempel msh berlanjut sejsk Maya kecil hingga punya anak hehe

    BalasHapus
  2. Saya juga biasanya ngajarin anak untuk bayar uang ke kasir, atau kasih uang parkir, jadi dia tau nilai nominal uang tersebut. Memang betul, menabung itu harus dikenalkan sejak usia dini, agar si anak menghargai setiap nilai rupiah...

    BalasHapus