Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

I'm Not A Girl, Not Yet A Woman

Alhamdulillah sudah melewati umur dua puluh tiga, karena sekarang sudah beranjak setingkat lebih tua. Hal istimewa yang telah aku lakukan yaitu sedikit demi sedikit berusaha menajadi dewasa, loh kok?? iya, karena umur 23-25 bagiku umur yang masih labil, karena umur dua puluhan sudah nggak bisa disebut dengan remaja, tapi aku juga masih belum menjadi wanita dewasa (sikap, cara berpikir). Umur 20an masih mencari jati diri, dan lebih banyak belajar dari pengalaman hidup agar secara sikap dan cara berpikir bisa dikatakan dewasa. Terus mencari jawaban untuk memecahkan pertanyaan terbesar aku yaitu,

Sebenarnya yang dikatakan wanita dewasa itu seperti apa?
Apa ada kriteria khusus untuk menjadi wanita dewasa?

Perubahan dari remaja ke dewasa atau bisa dikategorikan dewasa muda, sangat menuntut perubahan yang sangat besar (menurutku) agar menjadi wanita dewasa (yang sesungguhnya). Dulu, aku sangat frontal, setiap naik kelas pasti pernah bertengkar bahkan berkelahi dengan teman sekelas. Kejadian ini berlangsung dari TK sampai SMP, penyebabnya Cuma sepele yaitu rebutan tempat duduk, nggak suka suka lihat teman cewek yang lemah lembut, pokoknya yang gak sesuai dengan hatiku, langsung aku ajak berantem (tidak patut dicontoh yaaaaa.. ). Apalagi ketika SMP sudah mempunyai geng (terdiri dari 6 orang) yang aku ajak berantem nggak hanya cewek, berantem sama cowok sudah biasa dan alasan karena berantem sama cowok hanya “Cowok itu sok banget, aku nggak suka” alasan sederhana untuk membenarkan perkelahian (sekali lagi nggak banget untuk dicontoh).


BACA JUGA : PESONA PRIA.



Dulu emang frontal, tetapi beranjak SMA dan melihat mahluk cowok ternyata keren, dan lingkungan SMA dengan atmosfir cewek yang sedikit lebih memperhatikan penampilan, sikapku sedikit feminim. Berlanjut ke dunia yang lebih dewasa yaitu masa kuliah, alhamdulillah memutuskan berjilbab, ya sekaligus untuk sedikit memberikan rem terhadap sikap frontal, tapi dasarnya sikap itu nggak langsung bisa lenyap, pertengkaran tetap ada sih tapi berbeda, karena sudah mengenal dunia maya, sindir-menyindir, atau langsung mengejek musuh di facebook merupakan hal yang biasa bagiku (kalau dipikir-pikir lagi, malah keliatan lucu). Sindir-menyindir lewat dunia maya karena nggak bakalan tahu siapa yang aku maksud, meskipun ada segelintir orang yang tahu membuat kepuasan sendiri, tapi kalau dilihat dari sikapku yang “nggak bener itu” membuat sedikit memahami , apa yang kita “ucapkan” di facebook, sedikit demi sedikit itu merupakan cerminan diri kita sendiri atau status kita ya itu diri kita (bener nggak sih?) frontalnya hanya berbeda media saja, dulu waktu sekolah langsung berantem, tpi waktu kuliah media facebook jadi bahan melampiaskan sikap frontalku. 

Nggak berhenti untuk berusaha berubah ke arah yang lebih baik, media sosial bukan tempat untuk sindir menyindir ataupun ajang bergosip sana-sini (meskipun masih kecolongan) lebih untuk berkarya saja, bukan bermaksud munafik, tapi lebih menahan untuk tidak frontal seperti dulu, kalau dipikir-pikir juga menyakiti orang lain media apapun juga, namanya menyakiti orang lain akan menimbulkan luka, ya lebih baik untuk menahan diri. Jika berbicara hanya menimbulkan fitnah, lebih baik diam (self warning). Aku yakin kok, selama kita hidup, pasti banyak pro dan kontra, sudah menjadi hal biasa. Bagaimana cara kita yang tidak mengikuti arus yang bisa dikatakan "arus gosip". Evaluasi demi evaluasi tetap dilakukan agar selalu mawas diri.


Posting Komentar untuk "I'm Not A Girl, Not Yet A Woman"