Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Berjanji denganmu

Umur yang nanggung alias kalau dibilang masih kecil ya enggak juga, kalau dibilang dewasa ya enggak juga. Yup! Aku berumur seperempat abad. Sudah menjadi hal biasa atau bahkan sudah menjadi santapan sehari - hari kalau orang - orang di sekitar bertanya, "Kapan nikah?". Teman - teman juga sudah banyak yang nikah, ada juga yang sudah memiliki anak yang imut sekali, ngiri? Iya sih, perempuan mana yang seumuranku harusnya sudah nikah, namun masih saja betah melajang. Hampir juga digosipin sama tetangga kalau akhir tahun lalu aku melaksanakan pertunangan, entah siapa yang mengawali gosip yang hot itu, dan akhirnya ortu marah - marah sama tetangga yang nyebar gosip. Karena ortu memiliki pendapat, jika gosip itu bisa sedikit mencoreng muka keluarga kalau enggak diluruskan, iya kalau memang benar aku melaksanakan pertunangan, kalau enggak? bisa makin gencar lagi gosip yang mengatakan aku batal nikah, duh kasian. Jadi ya lumrah kalau ortu bereaksi seperti itu. Kalau aku sih cuma ketawa - ketawa aja, menganggap gosip itu sebagai doa agar aku lekas nikah, dan enggak semua permasalahan harus dilihat dari kacamata serius, bisa jadi itu adalah salah satu "humor" yang diberikan ALLAH SWT kepadaku. Oiya, dari kejadian itu ternyata enggak baik juga loh perempuan yang mungkin secara umur siap nikah terus aja dibiarkan melajang, nanti seperti aku loh digosipin, lekas menikah jika memang sudah merasa mampu untuk menikah.

Dari kejadian itu, aku mulai bertanya - tanya pada diri sendiri, mengapa aku belum menikah sampai saat ini? Apa aku memang enggak laku? Woooohh enggak deh sepertinya, dan aku masih normal yang mencintai mahkluk indah bernama lelaki. Dulu, memang memiliki target untuk menikah muda, ya sekitar umur 23 - 24 tahun menikah, karena umur segitu masa studiku sudah selesai. Tapi lambat laun, tentang target menikah muda menguap begitu saja karena semakin aku mengenal diri sendiri semakin aku tidak menaruh harapan apapun untuk target yang memang belum aku kuasai betul - betul "medan perangnya". Seperti begini gambarannya, Setiap saat kita akan menemukan berbagai peristiwa dan akan mendapatkan berbagai pelajaran hidup, di situlah aku semakin mengenal diriku sendiri. Sepertinya dan memang aku mengenal diri sendiri sebagai orang yang berwatak keras meskipun casingnya suka becanda atau easy going, tetapi ketika mendekat dan lebih dekat mengenal kepribadianku, maka orang tersebut akan berkata jika aku orangnya keras atau kalau orang jawa ngeyel. Susah dibilangin, kalau mau A ya A, tetapi kalau sudah tau pilihan A adalah salah, maka disitulah aku akan sadar. Itulah pendapat orang - orang yang mendekatiku secara personal dan aku mengakuinya. Tetapi beda lagi kalau aku bergaul dengan teman atau sahabat, masih bisa toleransilah, enggak keras - keras amat, aku sudah survey sendiri sih.




BACA JUGA : KEMBANGKAN PASSIONMU DENGAN KOMUNITAS




Bagi kamu, yang bernama lelaki, yang medekatiku secara personal. Sebenarnya aku tak memiliki kriteria khusus agar bisa bertahta di hatiku. Aku ingin kamu mengenalku lebih dalam, bukan yang terlihat di luar, apalagi yang terlihat ketika aku ketik status facebook atau berkicau di twitter. Aku adalah maha dari segala kekurangan, semua kekurangan ada di dalam diriku. Aku tak mau kamu mencintai aku dengan cara sempurna, aku juga ingin merasakan cintamu yang jauh dari sempurna. Aku juga ingin menjadi perempuan yang mulia seperti Siti Khadijah, tetapi aku juga memiki beribu - ribu rasa cemburu yang siap memburu seperti Aisyah. Apakah aku memiliki kepribadian ganda? Tidak, tetapi aku lebih suka jika aku bukan selembar kain putih, aku juga memiliki noda hitam di selembar kain putih itu. Apakah kamu, yang akan memberi warna dalam kain putih itu? Memberi warna kuning, merah, hijau atau violet? Agar aku tak nampak hanya putih dan hitam. Jadi, maukah kamu berjanji denganku? 


"Tulisan ini disertakan dalam Giveaway Novel Perjanjian Yang Kuat"

Posting Komentar untuk "Berjanji denganmu"