Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Grasindo Goes To Surabaya

Grasindo Goes To Surabaya yang diadakan pada tanggal 22 Februari 2014 telah selesai, serrruuuu. Tapi, mari kita flashback dahulu *duileeee*. Gimana aku bisa tahu acara Grasindo Goes To Surabaya yang merupakan acara meet and greet penulis dari Grasindo.

Kalau enggak dicolek sama Jiah, enggak bakalan deh tahu acara meet and greet penulis Grasindo. Dicolek ama Jiah karena salah satu penulis yang ikutan meet and greet yaitu Mbak Devania Annessya (penulis novel X) sedang ngadain kuis yang hadiahnya lima tiket ke acara meet and great, GRATISSS!! Langsung aja tancap gas ikutan kuis, kuisnya menulis quote tentang mantan, ya sudahlah ikutan dengan sekali ngetwit. Eh, enggak nyangka kalau di-DM langsung sama Mbak Devania, apakah aku bisa ikutan meet and greet pada tanggal 22 Februari 2014. Waaah langsung aja bilang iya, dan tanya tempat acaranya dimana.

Oke, mulailah drama. Setelah disebutkan tempat acaranya dimana, mendadak jiper karena enggak tahu tempatnya dimana, dengan pedenya aku tanya - tanya Mbak Devania tentang akses menuju ke sana, maklum aku merupakan angkoters *peserta paling ribet*. Yakali, aku enggak hapal jalan di Surabaya, tapi karena sabarnya Mbak Devania memberi tahu tentang akses, aku sih ayo aja. Aku juga sempat tanya teman - teman tentang akses menuju ke tempat acara, okelah capcus pergi dengan bekal nekad + duit +muka melas kalau nanti perlu tanya - tanya ke orang lain + berdoa yang banyak.

Hari H yang dinanti semakin enggak sabar untuk mengikuti acara meet and greet, karena setelah stalking timeline Grasindo. ADA EMPAT PENULIS YANG BAKALAN MEET AND GREET *capslock keinjek gajah*. Kesempatan yang langka! Wajib ikut! Akhrinya sampai sih di tempat acara meet and greet, tapi ya sedikit agak capek, karena jalan yang dimaksud itu luaaaasss. Tempat acara ada di Jalan Jawa, Surabaya. Ternyata Jalan Jawa itu luaaaassss.. dan aku turun dari angkot di Jalan Jawa yang diseberang tempat acara meet and greet berlangsung, enggak apalah itu -itu menurunkan lemak *puk-puk diri sendiri*. Maunya sih ngajak teman, tapi kok ya mikir juga, mungkin peserta untuk acara meet and greet memang terbatas. Ya sudahlah berangkat sendiri, dan bersiap - siap untuk ribet sana - sini untuk beritahu Jalan Jawa yang dimaksud. Hingga aku sadar, ketika pulang dari acara meet and greet, ternyata aku salah menyebutkan nama mbak Devania Annesya dengan menyebut nama temanku. Haduuuhhh.. untuk enggak Mbak Devania, *tutup muka pakai galon*.



BACA JUGA : BELI BUKU BEKAS, KENAPA NGGAK?



Setengah jam sebelum acara berlangsung, aku sudah hadir. Ternyata masih cukup lenggang dan ternyata sudah ada Prisca Prismasari si penulis buku Evergreen atau mungkin sudah ada yang mengenalnya lebih dulu lewat buku Paris. Satu persatu berdatangan dan ternyata penuh sekali pesertanya. Acara dimulai dengan live music kemudian dilanjut dengan pembawa acara yang cantik dan bisa membawa suasana menjadi lebih santai, dipanggilnya keempat penulis Grasindo yaitu Devania Annessya, Prisca Prismasari, Monica Anggen dan Stevan Purba. Perbincangan yang hangat namun tetap bisa menghadirkan tawa membuat suasana semakin akrab.

Perjalanan naskah yang diterbitkan di Grasindo dari keempat penulis ini penuh warna. Jika Prisca Prismasari menulis Evergreen karena pihak penerbit Grasindo mengontaknya terlebih dahulu untuk menulis sebuah novel untuk diterbitkan di Grasindo, ya tidak dipungkiri Prisca Prismasari sudah menulis novel Paris yang sudah booming itu. Lain halnya dengan kisah Devania Annesya yang melalui perjalanan cukup lama untuk naskahnya dipinang oleh Grasindo, berkali - kali naskahnya ditolak oleh Grasindo, tapi itu tidka menyurutkan semangatnya untuk tetap menulis. Monica Anggen sudah terlebih dahulu menerbitkan buku nonfiksi di Grasindo. Nah, kalau Stevan Purba merupakan salah satu pemenang Publisher Search Author (Salah satu kontes menulis dari Grasindo untuk mencari bibit penulis).

Sempat terharu juga ketika Monica Anggen bercerita tentang perjalanan menulisnya. Mulai suka menulis saat Sekolah Dasar. Namun ketika beranjak dewasa, orangtua Monica Anggen melarangnya untuk menjadi penulis, orangtuanya beranggapan jika menjadi penulis kedepannya akan menjadi gembel. Orangtuanya menyarankan untuk masuk ke jurusan teknik atau memilih opsi kedua yaitu berdagang. Monica Anggen menuruti kemauan orangtuanya. Seiring berjalannya waktu, ternyata Monica Anggen sudah merasa jika menulis merupakan passionnya, akhirnya setelah menikah dia mengikuti apa kata hatinya.

Stevan Purba yang merupakan salah satu pemenang PSA. Kalau dilihat mungkin berpikir, stevan merupakan penulis beruntung yang menjadi salah satu pemenang PSA. Enggak bisa dipungkiri program PSA yang diadakan Grasindo sangat banyak peminta, jadi kalau ada orang yang memenangkan hati Grasindo, WOW banget! Tapi jangan salah, si penulis buku Entepanuer book, sudah memiliki pengalaman menulis, meskipun masih cerpen atau antalogi. Cerita menarik dari Stevan ketika menulis Entepanuer Book adalah behind the scene yang merupakan bentuk keprihatinan Stevan kepada suatu kondisi orang - orang (termasuk muda - mudi) yang begitu mudahnya menjadi pengemis, meminta - minta belas kasihan kepada orang yang melewati mereka, padahal tubuh mereka masih kekar dan sanggup untuk bekerja. Di situlah tercetus buku Entepanuer. Buku tersebut tidak menceritakan kesuksesan suatu usaha yang dijalankan oleh Stevan, tetapi merupakan buku perjalanan bisnisnya yang enggak sekali duakali gagal. Ya moga nantinya Stevan enggak gagal mencari jodoh *eh*.

Behind the scene novel X (Kenangan yang berpulang) dan Sunrise at the sunset, kedua penulis (Devania Annesya dan Monica Anggen) menyebutkan jika novel yang mereka tulis berasal dari kehidupannya sendiri, ya istilah kerennya, curcol gitu. Keren yak, galau menjadi sebuah karya, patut ditiru!! Tapi yang membuat terhenyak adalah cerita dari Monica Anggen, di dalam novel Sunrise at the sunset menceritakan mantan pacarnya yang seorang pembalap, dia (si mantan) koma selama lima belas tahun karena (kalau enggak salah) karena narkoba. Monica Anggen penasaran, mengapa si mantan ini kok belum bangun - bangun, padahal banyak sekali yang ingin ditanyakan. Akhirnya, Monica Anggen menumpahkan isi hatinya yang masih bertanya - tanya ke dalam novel. Di dalam novel itu juga dituliskan cita - cita si mantan yaitu dia (si mantan) ingin sekali meninggal saat balapan motor. Namun pada kenyataannya dia (si mantan) koma karena narkoba. Setelah novel itu diterbitkan dan beredar di toko buku, kira - kira tiga hari setelahnya, si mantan telah meninggal dunia. Tragis *mewek*.

Puasss banget acara meet and greet, banyak sekali yang dishare oleh keempat penulis Grasindo. Apalagi peserta yang bertanya, ternyata pesertanya banyak juga loh yang penulis. Enggak hanya pembicaranya aja yang menulis, tetapi pesertanya berbobot. Sayangnya enggak bisa foto - foto di sana, tempatnya gelap romantis gitulah *apalahini*, jadi hapeku kurang menunjang untuk foto dengan hasil yang maksimal *puk puk hapenya sari*. Sebuah tambahan energi yang didaptkan dari acara meet and greet ini. Jadi, kalau kita berbicara tentang menulis, ya kita juga berbicara tentang proses, enggak ada yang diraih dengan cara instan. Oiya, keempat penulis ini tidak percaya loh dengan adanya Writer's Block. SETUJU!

Enggak hanya dapat ilmu, tapi dapat goodybag yang cihuuuy, dan teman - teman baru yang keren!

Goodybag

Posting Komentar untuk "Grasindo Goes To Surabaya"