Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Kenangan sempurna di House Of Sampoerna

House of sampoerna merupakan museum terakhir yang kita kunjungi dari tur “3 Museum di Surabaya”, banyak kenangan manis yang tercipta, kalian luar biasa! Menulis postingan ini, menyeruak begitu saja akan kenangan yang terjadi di House, ada salah satu member yang nggak boleh masuk karena umur belum 18, ada member yang tiba – tiba muncul bikin semua kaget karena badannya tinngi besar nggak sesuai dengan ekspektasi, dan ada member yang gara – gara telat bangun, nyusul dari Tulung agung, akhirnya bisa nyusul ke HoS. Wajib ditulis, karena hari ini bukan lah sekedar kenangan, namun sejarah dari kita, peluk semuanya.

house of sampoerna

Sebenarnya, ada 2 museum di dalam satu area, yaitu House Of Sampoerna dan Art Gallery. Selain itu, juga ada café untuk santai sejenak. Oiya, untuk masuk ke HoS, harus 18+. Setiap pengunjung dicek KTPnya, dikarenakan museum ini banyak menampilkan tembakau dan juga tercium aromanya, jadinya kalau nekat masuk ya kalian ditolak HoS. Untung masih ditolak HoS, bukan cintamu yang ditolak *eak*

Pertama kali berkunjung ke HoS, dan kesan yang didapat : luas, bersih, artistik, instagram-able, nyaman, tapi sayangnya kurang nyaman untuk tempat sholatnya, gedungnya kece – kece, tapi tempat sholatnya ndempis, pojok notok, nggak ada sekat untuk cewek, cowok, ala kadarnya. Njomplang dengan gedung nan mewah penuh perhatian.

Bagian dari sejarah.

Selain Museum dan café yang bisa kamu nikmati, ada juga bis yang membawa kamu menikmati kota Surabaya, kudu booking dulu sih, dan biasanya antri untuk booking, panjang banget. Mau reservasi untuk booking bisnya, eh ternyata udah penuh. Bukan rejekinya, hehehe..



BACA JUGA : WISATA SEJARAH DI SURABAYA




menyeruak aroma tembakau
Masuk ke dalam Museumnya, langsung disambut dengan aroma kenangan, eh maksudnya aroma tembakau, yang bikin aku heran, secara pribadi suka dengan aromanya, tetapi kok ya kalau ada orang yang ngerokok bikin sesak napas. Museumnya nyaman karena adem dan luas, banyak koleksi tapi nggak bikim sumpek, masih bisa jalan – jalan ke sana ke mari. Penataannya instagram – able, kamu bisa narsis dengan banyak spot yang kece. HoS ini menceritakan perjalanan dari Sampoerna itu sendiri. Tak hanya menampilakn tentang tembakau, ada juga hasil pertanian Indonesia, kesenian dan budaya Indoenesia, khususnya proses membatik. Di lantai dua ada yang jual souvenir gitu, kain batik, baju batik, kaos khas Surbaya, buruan beli, mumpung di HoS. Di lantai 2, bisa juga melihat proses rokok kretek, hmm bukan prosesnya, lebih tepatnya semacam alatnya.

kretek

di lantai 2




souvenir

Masih kurang untuk narsis, langsung aja melipir ke sebelahnya Museum HoS, ini dia spot yang ngehitz untuk narsis, dan bener – bener instagram – able. Sebenarnya, tempat duduk biasa sih, tapi nggak tahu kenapa, sayang banget kalau nggak foto di sini. Meskipun tempat untuk nyantai, tetep harus mengkondisikan kakinya, biar nggak menginjak tumbuhan yang ada di sana, sayangkan kalau mati gara – gara diinjek *tim pendukung tumbuhan untuk layak hidup*.

in action

Ada apa di art gallery? Sebenarnya kalau tempat yang ini kurang memuaskan ekspektasi di pikiran, atau memang waktu itu belum ada pameran seni ya? Ada sih pameran lukisan, tapi dipajangnya di luar art gallery, kalau di dalam sedikit banget koleksi yang ditampilkan. Malah, aku kira itu bagian dari café HoS.

Kalau nggak terbiasa nongkrong cantik di café, boleh lah jalan sebentar di depan HoS, karena banyak sekali warung berjejeran. Kalau mau nyebrang harus hati – hati ya, meskipun sebelahnya kayak gang kecil, tapi kalau motor lewat, asal tancap gas aja. 

Oiya, hampir lupa, tiket masuk ke HoS itu GRATIS!!

Postingan terakhir dari rangkaian tur ke 3 museum di Surabaya, semoga bukan terakhir kita berkumpul. Menuliskan untuk mengenang, semakin menua semakin kita pelupa, karena kenangan yang diabadikan adalah sejarah kita di masa muda. Karena kita bagian dari Kenangan. Miss u all.

melepas lelah

Posting Komentar untuk "Kenangan sempurna di House Of Sampoerna"