Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

[Dear Mama] Hidupku dimulai dari sekarang

Terus sebelum-sebelumnya, kamu nggak hidup gitu sar? Pingsan gitu? Nggak gitu juga sih 😂. Jika kamu pernah dengar kalau anak bungsu itu anak manja, yeah itu benar banget sebagai cerminan hidupku, hmmm tapi bukan berarti aku taunya cuma tidur, makan kenyang. Ya hidup selalu ada yang diperjuangkan. Tapi, karena Mama selalu ada untukku, semua pasti baik-baik saja, contoh gampangnya, sebokek-bokeknya diri ini kalau ada Mama tetaplah makmur, nggak sebatas materi tapi juga hal-hal yang penting buatku, seperti tempat curahan hati yang nggak ada lagi, pelukan Mama yang membuat dunia ini baik - baik saja. Mama orang pertama yang selalu membelaku, Mama selalu menerimaku, baik buruknya aku.



Sekarang hidup dengan keputusan sendiri, ya meski ada keluarga yang support, tapi masih ada hal-hal yang bikin bingung, "Aku ambil langkah seperti ini, bener nggak ya?", "Aku seperti ini, bikin si A sakit hati nggak ya?", "Udah tepat belum ya keputusanku?", "Terus besok, aku harus gimana ya?", Hal yang dulunya remeh temeh nggak aku peduliin, eh sekarang malah cenderung mikir yang belum tentu yang aku pikirkan itu kejadian, waspada sih boleh tapi kalau udah curiga, rasanya kok bukan aku banget, ujung-ujungnya punya pikir, "Kalau aku begini, Mama biasanya ngomong kayak gimana ya?" Atau kalau masih bingung juga dengan sikap yang aku ambil atau situasi yang bikin aku bingung, lebih memilih untuk diam, tidak melakukan apa-apa, takut salah langkah, atau pilih mundur sejenak, nangis nggak masalah, yang penting ke depannya sudah tau mau apa, hasilnya bagus atau mengecewakan ya dibuat pelajaran. Biasanya mengusahakan untuk rasional, tapi yaaaa susah sih, biasanya apa yang aku mau ya itu yang harus dituruti. Hehehe... Rasional yang aku maksud, kalau aku di posisi orang lain bakalan marah nggak, sikapku seperti ini apakah egois atau nggak.

Lebih mengenal dan lebih mencintai diri sendiri. Penting untuk mengenal diri sendiri, karena bahaya kalau kita marah-marah tanpa sebab, sekitar dapat getahnya dan nantinya malah banyak yang menjauh. Kalau mengenal diri sendiri akan tau apa kekurangan dan kelebihan, bagaimana mengelola stress entah itu karena datang bulan, lingkungan atau lainnya. Bisa menghargai diri sendiri, mencintai diri sendiri dan menyebarkan aura positif kepada sekitar. Akupun sekarang harus ekstra mengenal diri sendiri dan masa depan, aku harus gimana ya, setelah rencana A sudah tercapai, apalagi yang dilakukan? Apa yang belum terwujud? Apa yang masih tertunda? Kekuranganku apa? Hmmm banyak banget PR yang dijalani.

Bukan egois atau nggak ada perasaan, sejak dipisahkan karena kematian dan kematian membuatku nggak bisa berbuat apa-apa, aku memilih untuk tidak bergantung kepada orang lain, tidak terlalu mencintai orang lain, hmmm bukan berarti tidak mencintai sepenuh hati, tenang saja hatiku masih ada cinta dan kasih sayang. Hanya saja saat berdoa, selalu ingin selalu disadarkan jika mencintai sesama manusia tidak lebih cintaku kepadaNya. Hanya kepadaNya aku bergantung, berharap dan kembali. Iya sulit karena aku dari awal memang dimanja, ditimang-timang, dan selalu ada untukku, khususnya orangtua. Dan karena hal ini juga, jika aku diberikan tanggung jawab sebagai orangtua, konsep mengasuh anak juga berubah dari pemikiranku yang dulu. Sekarang pun aku memiliki gejala-gejala tergantung dengan seseorang, tidak baik untukku tapi diriku enggan beranjak dari hal yang melenakkan. Kadang mengambil sikap agak menjauh, dipikir lagi, eh kayaknya bukan sikap yang benar, lagi-lagi memilih sikap diam saja sambil mikir, "Aku maunya apa sih?"

Kehilangan karena kematian kadang membuatku semua orang yang aku cinta ingin aku peluk semuaa dengan erat dan selalu berdoa, "Tolong, jangan ambil lagi orang yang aku cintai, aku nggak tau harus gimana lagi jika kehilangan dan nggak bisa ketemu lagi". Ikhlas itu seperti dipaksa minum pil - pil pahit meskipun baik untuk kehidupan, baik untuk masa depan, tapi rasanya semua badan remuk luluh lantak tapi sebenarnya semua baik-baik saja, sesuai dengan jalurnya.

Bukan hanya aku, bapakku juga agak cemas dengan kehilangan, aku "hanya" batuk, bapak udah "ngomel-ngomel", aku harus ini itu jangan sampai sakitnya berlanjut, dll.

Setelah membaca ini, apa kalian berpikir kalau aku orangnya nggak stabil? Emosinya nggak stabil? Tenang, aku nggak marah dikatain kayak gitu, karena aku juga sempat berpikiran seperti itu, apa aku baik-baik saja? Aku bukan orang yang marah tanpa sebab, over thinking, over protective atau semacamnya. Aku hanya dalam proses menata ulang kehidupanku, ada hal-hal yang membutuhkan pertimbangan sedikit lebih lama dan mendalam, tapi tidak mengubah jati diri, tapi semoga diri ini menjadi lebih baik, meskipun jika lelah atau bingung, lebih memilih mundur selangkah atau diam sejenak untuk mengambil langkah selanjutnya, tak perlu merasa tertinggal, menikmati proses, menikmati mengenal diri sendiri, menikmati kehidupan. Dan sekarang ini tak sabar ada kejutan apa lagi di dalam hidupku. Jangan lupa untuk tersenyum dan berpikir positif.

Posting Komentar untuk "[Dear Mama] Hidupku dimulai dari sekarang"