Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Pengalaman di Era Digital : Dikira Jobless

apa ceritamu?

Saya berada dalam lingkungan yang memang menjunjung tinggi bibit, bobot, bebet, nggak ada yang salah sih dengan 3B tersebut, tetapi kadang bikin bingung ya jika ditanya “kerja di mana?” sedangkan saya hanya kerja di rumah main internet. Alhasil selalu dikira menganggur, padahal saya juga ikutan bayar tagihan bulanan.

“Sari, kerjanya di mana?”

“Di rumah”

“Loh kok nggak kerja? Nggak sayang sama ijazah?”

“Lah kan kerjanya di rumah, nulis – nulis”

“Kerja di kantoran loh enak, atau pabrik itu banyak buka lowongan.”

“Makasih, enak di rumah bisa sambil jaga ortu”. End obrolan.




dikira kita kerjanya cuma tidur makan tidur makan minta duit, padahal kan ya di depan laptop nggak hanya menghabiskan kuota internet, tapi cari kerja yang dapat dilakukan di rumah atau istilahnya remote. Meskipun terkesan santai, tapi setiap hari selalu menulis jadwal, kerja di dunia digital dapat melakukan sambil makan, ngemil nonton drama korea, kesannya santai tapi saya harus tetap professional apalagi jika berhubungan dengan kontrak kerjasama dan deadline yang mengintai.

Kerja remote memang dapat dilakukan sekaligus, menerima job 1 – 3 dalam sehari itu merupakan hal biasa, tapi dilihat juga kemampuan dan seberapa banyak tugas yang diberikan. Saya tipe orangnya tidak ingin multitasking, lebih baik satu perkerjaan selesai dari pada lima pekerjaan dilakukan setengah – setengah.

Bagaimana sih awalnya terjun di dunia digital dan memutuskan untuk serius? Awalnya saya memang telah diterima di sebuah bank syariah, namun orangtua keberatan karena lokasinya di luar kota. Sementara belum ada panggilan pekerjaan jadi saya mencari kesibukkan dan sekaligus mencari uang, menjadi SPG, jualan ini itu.

Kemudian kumpul dan ngobrol bareng dengan teman kos yang merupakan dosen salah satu universitas, saat masih menjadi teman satu kos, panggil saja mbak mawar ini mengajarkan saya cara membuat blog. Mbak mawar ini membuat blog karena doyan banget memasak, tapi ternyata nggak sekedar hobi, berawal dari blog, mbak mawar ini dilirik sebuah penerbit untuk menerbitkan buku memasak! Ya, memang membutuhkan sebuah proses, butuh bertahun – tahun untuk dilirik penerbit, dibutuhkan kesabaran, kreatifitas, dan konsustensi agar blog tetap hidup, memberikan manfaat bagi pembaca maupun blogger itu sendiri.

Saya memulai ngeblog karena doyan membaca buku, resensi buku, tapi kadang – kadang review beberapa kuliner yang sempat saya coba dan enak, pasti akan saya review dan rekomendasikan secara gratis di blog. Susah memang kalau kurang gigih mengembangkan sebuah blog, kemudian saya diberitahu mbak mawar untuk mencari komunitas blogger. Setelah join dan berkenalan dengan beberapa blogger, saya dapat mengetahui alamat situs pencari kerja freelance, di sana saya belajar bagaimana mencari pekerjaan yang ringan untuk saya. Karena masih awam, saya mencari reputasi baik terlebih dahulu, masing mengesampingkan bayaran yang saya terima, mencari sebanyak – banyak, sebagus – bagusnya rating agar saya dapat dipercaya untuk melakukan suatu pekerjaan remote. Dari recehan hingga lumayan untuk beli baju dan bayar tagihan, akhirnya serius bekerja di dunia digital.

Di beberapa penawaran pekerjaan di situs pencari kerja, terlihat peluang blogger juga sangat dibutuhkan, karena banyaknya tawaran untuk nulis di blog khususnya untuk link building.

selalu upgrade diri


Mending nggak bawa dompet daripada nggak bawa smartphone!


Semua serba cashless! Karena sudah banyak aplikasi dompet virtual, cukup isi saldo, langsung deh bisa belanja makanan hingga belanja eletronik. Daripada bawa dompet tebal penuh dengan uang tunai, mending install aplikasi dompet virtual dan siap untuk belanja, apalagi banyak sekali promo, diskon maupun cashback saat menggunakan dompet virtual tersebut, kesempatan yang pastinya nggak bakalan dilewatkan!

Karena sering banget cashless, jadinya nggak sadar kalau beberapa hari nggak tarik tunai ke ATM, bingung karena tiba – tiba dompet nggak ada uang kecil untuk jajan es krim, untungnya langsung ingat jika masih punya saldo di dompet virtual. Lansung saja jajan cemilan dan dapat juga voucher untuk ojok online ketika pulang. Berasa mudah dan nggak perlu antri untuk ambil duit di ATM. Tap tap aplikasi untuk pembayaran langsung happy deh seharian meskipun nggak bawa uang cash ataupun tidak bawa uang receh

Hape terooooss!


Kebayang dong ya, dengan banyaknya aplikasi yang ada di smartphone, pastinya kita sebagai pengguna merasa diberikan kemudahan untuk beraktivitas, karena cukup dengan jempol klik klak klik, apapun kebutuhan langsung terpenuhi. Tapi ya gitu, ada beberapa orang di sekitar kita merasa “cemburu” dengan kesibukkan yang tak mengenal waktu karena banyaknya tugas yang harus diselesaikan segera.

“Hape teroooooss!”

Merupakan omelan sayang dari Mama yang sering saya dengar, kadang saya masih suka lupa untuk makan siang, tapi dengan sabarnya Mama selalu mengingatkan untuk makan, Bapak selalu mengingatkan untuk menjaga dan memberikan mata untuk beristirahat. Ah, saya meskipun umur sudah semakin dewasa, tapi saya selalu senang kalau dapat omelan orangtua.

Membangung branding di Era Digital.


Meskipun pekerja remote. Tapi tidak mudah berpuas diri untuk mengembangkan karir, dunia digital memang luas, namun ingin berkonsentrasi dan optimasi sosial media dan blog. Agar terlihat lebih professional blog yang awalnya berdomain gratisan, saya ganti dengan domain TLD, yang ingin cari domain murah atau hosting murah, bisa mempercayakn ke Domainesia, banyak pilhan domain TLD agar terlihat lebih professional dan dilirik klien.

Blog saya memang campuran, bukan berarti saya mengelola dengan asal – asalan, mulai dari bersifat teknis, yaitu mempelajari analytics dan webmaster, menggunakan template mobile friendly, konten permak hingga sebagus mungkin. Dan selalu berusaha untuk menyajikan konten yang lebih dekat dengan pembaca dengan menuliskan sesuatu hal yang dekat dengan keseharian. Meskipun iklan tapi berusaha soft selling, cerita produk tertentu berdasarkan pengalaman agar benar – benar pesannya tersampaikan dan tidak terasa untuk iklan banget.

Dunia digital dalam genggaman.

Diberikan kemudahan mendapatkan informasi dan terpenuhinya kebutuhan hanya sekali klik, dunia dalam genggaman. Tapi, kebermanfaatan dunia digital tergantung kepada pemakainya itu sendiri, teknologi diciptakan untuk mempermudah pekerjaan, untuk meningkatkan karir, untuk edukasi, penggalangan dana, petisi dan hal – hal baik lainnya. Namun selalu ada orang – orang yang tidak bertanggung jawab memanfaatkan dunia digital dengan menyebarkan hoax, konten – konten yang tidak pantas untuk dikonsumsi oleh publik.

Sudah saatnya kita tidak berdiam diri saja ketika ada orang – orang yang jahat memanfaatkan teknologi hanya untuk memecah belah bangsa. Salah satu cara yaitu mengedukasi ke orang – orang sekitar kita. Misalnya, grup whatsapp keluarga yang rentan akan penyebaran berita hoax. Harus ada sikap tegas tapi bukan galak, untuk semacam aturan tertentu. Membiasakan untuk membaca berita dan memperhatikan sumber berita dengan seksama, jangan asal share dan menyebarkan hoax maupun keresahan. Dilemanya adalah “kan, hanya untuk mengingatkan”. Stop di kamu! Jika ada berita hoax yang meresahkan karena tidak ada istilah “hanya mengingatkan” untuk berita hoax. Karena berita hoax hanyalah bertujuan meresahkan.

Yuk, ciptakan era digital yang asyik dengan memanfaatkan untuk kebaikan dan kebermanfaatan.

Posting Komentar untuk "Pengalaman di Era Digital : Dikira Jobless"