Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

4 Hari Untuk Menemukan Arti Kesempatan Kedua




Beberapa kali mencoba untuk nulis tapi ujung-ujungnya nggak jadi, bingung mau cerita dari mana, bingung nulis karena mood yang naik turun.

Sempat nggak pede untuk nulis,

"Emangnya apa faedahnya nulis beginian?"

Tapi kalau dipendam doang, kurang plong di hati.

Cerita ini bukan tentang penjelasan tentang spesifik penyakit yang aku alami, karena memang ada istilah kedoteran yang aku kurang paham ilmunya (tidak compatible) untuk menerangkan secara gamblang di blogpost pribadi.

Kemudian, biarkan aku dan keluargaku yang mengetahui secara detail, aku hanya meminta doa agar aku menerima dengan ikhlas kejadian ini dan diberikan kesehatan sehingga dapat menjalani hidup dengan baik.


Okeee... mari mulai...


Minggu malam sekitar jam 10, aku dilarikan ke UGD salah satu rumah sakit di Sidoarjo, awalnya aku kira masuk angin, tapi kok detak jantung nggak beraturan dan keluhan lainnya yang nggak bisa aku sebutkan.

Ketika sampai di UGD, selain kesehatan yang ngedrop, ternyata mental juga ikutan, karena aku baru pertama kali mengalami hal ini.

Dalam hati sempat berontak,

Apaan sih ini..

Nggak mungkin kayak gini..

Nggak enak banget nih badan..

Nggak mungkin sakit kayak gini..
Terus-menerus terjadi penolakan akan kesehatan aku yang ngedrop dan bikin nggak nyaman seluruh tubuh, dalam hati rasanya pengin marah tapi nggak tahu sama siapa dan marah kenapa, berontak yang menyalahkan Tuhan, campur aduk gitu, kemudian muncul rasa takut.

Ketakutan akan kematian yang menyakitkan, akhir-akhir ini lagi jauh sama Allah SWT, sedang menyalahkan Tuhan akan hidup yang gini amat.

Ketakutan itu bertambah..

*Sekedar info, ketika sampai di UGD, langsung ada tindakan, tapi nggak aku jelasin ya, hanya ingin cerita apa yang aku rasakan selain yang berhubungan dengan kesehatan.



Oke lanjut..

Selama pemberontakan yang terjadi di pikiran dan batin, aku nggak pernah menyalahkan atau marah dengan siapapun. Keriuhan di kepala tuh antara diri sendiri dengan Tuhan. 

Ada aja jalan atau proses manusia mengenal Tuhannya...

Setelah pikiran penolakan dan ketakutan terus-menerus berkecamuk, entah kenapa tiba-tiba langsung memiliki pemikiran, jika semua yang hidup akan mati.

Berasa kayak diberi jalan terang padahal pikiran lagi kusut, doa Al-Ikhlas yang cuma 4 ayat, aku merasa grogi, nggak fokus, bingung kelanjutan ayatnya dari mana. Pikiran dan hati beneran kusut.

Terjadi ketenangan di hati secara perlahan, setelah aku merasakan yang namanya berserah diri. Aku hanya hambaNya, hidup ini bakalan berakhir dan bertemu dengan Pencipta.

Ambil napas perlahan kemudian ngobrol dengan diri sendiri.


"Wahai jiwa yang ada di dalam diri, maaf jika membuatmu lelah dan melakukan hal yang menjauhkanmu dari Allah SWT, banyak hal yang menjadi bebanmu, apakah kamu ingin menyerah dan istirahat? Nggak apa-apa kalau kamu ingin kembali kepadaNya. Jika masih ingin berjuang, aku akan berjuang, ikhlas menerima rasa sakit, dan sabar dengan segala prosedur pengobatan. Bilang ya kalau mau menyerah"


Kira-kira seperti itu pembicaraan dengan diri sendiri, karena nggak tau pasti aku ngobrolnya gimana. Nggak apa-apa kalau sudah lelah dan pengin kembali padaNya, nggak punya tanggungan apa-apa, nggak punya hutang atau pay later.

tapi kok, kalau mau meninggal, nggak nampak Mama..

kemudian langsung nangis.

Balik lagi sama pikiran nggak jelas, 

malaikat maut masuk sebelah mana ya?

rupanya malaikat maut rupawa atau menyeramkan ya..

sakit nggak ya kalau napas udah berhenti..

yaaaaa... pemikiran semacam itu..

Namun, dari menit ke menit, napas bisa dikontrol, sepertinya jiwa ini belum waktunya untuk mati.

tangan kanan-kiri diperban karena bengkak jarum infus





Kemudian bu dokter yang jaga UGD berkata,

"Mbak, kalau ini nggak ditangani secepatnya, mbaknya bisa kejang-kejang kemudian berakibat fatal, meninggal duni".

hmmmm.... waiiit.... whaaatttt... bu dokter selow banget ngomongin kematian..

kemudian..

byaaarrr.... mewek dikit.

Aku merasa beneran pasrah, kalau sudah waktunya meninggal, nggak masalah, karena Mama sudah meninggal, kalaupun diberikan kehidupan sekali lagi, ya berarti masih ada Bapak yang menemaniku.

Selama proses dari UG - ICU - Rawat inap, nggak ada kejadian koma, tapi nggak tau kenapa berasa tipis banget jarak dengan kematian. Ya meskipun hal yang paling dekat dengan kita adalah kematian, tapi kejadian ini berasa tidak bisa diungkapkan dengan kata-kata.



ICU dan hal-hal lainnya.


Aku nggak koma, tapi ketika berada di ICU, berasa kayak berada di dunia lain. Sebelum masuk ke ICU juga ada kejadian yang bikin ketawa tapi ya was-was juga sih.

Letak ruang operasi dan ICU kan berdekatan, nah susternya tuh punya inisiatif kalau masuknya dari ruang operasi kemudian belok ke ICU. 

Keluargaku udah khawatir dong, kok masuk ruang operasi, eh setelah tau itu jalan pintas ke ICU, berasa lega..

Kalau bisa divisualkan. Ruang operasi tuh nggak langsung menuju ke ruangannya, masih berupa lorong, hal pertama yang aku lihat ketika masuk di lorong, ada yang namanya ruangan pemulihan, terus di depannya ada ruangan ICU, mungkin beneran ruang operasi masih luruuus ke dalam lorong. 

daaaaan emang dingin banget di sana.

Selama berada di ICU, aku nggak menyempatkan foto karena ada larangan memotret, jadi hanya motret kondisi tangan yang penuh suntikan untuk jalan infus dan motret makanan.

ICU terdiri dari beberapa ruangan dengan bentuk kotak, satu ruangan diisi dengan satu pasien, namun di sisi pasien banyak alat disesuaikan dengan keluhan, ketika pasien berada di dalam ruangan tersebut, selama 24 jam dipantau oleh suster, berasa kayak kolam ikan sih, dicek detak jantung, tensi dan lainnya.

Hal pertama yang aku ingat adalah infus, waddduuuuuuh beneran pasrah dan sabar aja deh kalau udah mulai infus.

Tangan kanan dan kiri dikasih jarum untuk jalannya infus dan obat, aku nggak minum obat lewat mulut tapi di suntik lewat infus.

astagfirullah... rasanyaa luaaarrr biasaaaa..

Dimulai dari masuknya jarum di punggu tangan hingga pemberian obat, bikin nagis nggak kuat sakit yang luar biasa, nggak lagi deh, cukup sekali doang.

Ada obat semacam zat untuk jantung yang dimasukan lewat jalurnya infus (bukan di kantong infusnya), cairannya tuh cukup kental, jadi ketika masuk di dalam tubuh, sakitnya luar biasaaa.. tapi selalu ingat jika kalau mau berjuang sembuh, harus sabar. 

Jujur aja, aku nangis ketika cairan untuk jantung, perlahan-lahan disuntikan. Nggak apalah nangis, rasa sakit itu nyata dan wadidaaawww...

di ICU juga merasakan mental yang jatuh bangun, pengin sembuh tapi di sisi lain, ya Allah pengin nyerah..

Susah banget mengontrol badan yang berjuang agar sehat tapi mental berasa kayak yupi, aku nggak sekuat itu, aku nggak setegar itu, tapi berasa kayak jiwa dan tubuh ini pengin berjuang.

Sesulit apapun, sesakit apapun, segimanapun hidup, jangan pernah meninggalkan dirimu sendiri.

ya baiklah.. mari berjuang..

Selama di ICU, entah karena obatnya keras atau aku masih syok, berasa kayak halu banget pikiranmu, random aja, 

itu bayangan siapa sih, jangan-jangan malaikat.

malaikat masuk mana ya.

aku tidur beneran tidur atau nanti bablas mati.

random banget dan kemudian aku lelah tapi tiba-tiba kebangun, gara-gara dibentak sama suara

"BANGUN!"

Seriusan!!! aku berasa dengar orang bentak aku, tapi ketika buka mata, nggak ada orang di samping, susternya malah fokus ke pasien sebelah karena sepertinya cukup parah sakitnya.

Aku percaya jika manusia berada pada frekwensi tertentu, manusia itu bisa berada antara dunia yang kita tempati dan dunia lain yang entah apa namanya, seperti orang yang fokus dzikir, semedi, meditasi dan semacamnya. 

Tapi kan yang bikin khawatir gangguan dari mahluk lain, niatnya meninggal dengan baik, tapi kalau diganggu kan agak gimana gitu, horor.

Belum ada sehari di ICU, udah merasa nggak nyaman, karena memang nggak bisa tidur dengan nyaman, cuma bisa serong kanan, serong kiri itupun harus hati-hati, karena selain kedua tangan diinfus, aku juga pakai bantuan pernapasan, kayak di sinetron gitu lah, tapi cuma pakai yang bentukannya kayak selang.

Selain itu, bikin nggak nyaman karena was-was, pasien sebelah kayak beberapa kali komplen gitu, karena mungkin fisiknya nggak nyaman, dan ada suara tangisan dari sebelah, aku kan jadi takut dan grogi. Ya ampuun pengin cepat pindah ke rawat inap.

Padahal cuma tiduran tapi berasa capek banget, di ICU juga dilarang untuk dijenguk, tapi boleh sesekali anggora keluarga menengok. Kalau ditengok, biasanya aku maunya dijam makan siang, pengin disuapin, nggak tau juga jadi manja gitu.

Keperluan untuk mandi dan buang air kecil dilakukan dengan bantuan suster, makan juga disuapin, tapi aku bisa makan sendiri, dan tetap ingin berusaha untuk membiasakan menggerakan tangan khususnya telapak tangan agar bisa digerakkan secara normal.

Oiya, selama di infus, telapak tangan jadi bengkak, hal lumrah karena memang jarum suntik, kalau sepengalamanku kemarin, nyerinya tuh gantian, setelah tangan kanan, kemudian tangan kiri, eh tiba-tiba keduanya nyeri banget. Maka dari itu, kedua tanganku dikompres.

Kalau nggak nyeri, aku gerak-gerak dikit gitu, dan membiasakan untuk makan sendiri, biar badan nggak kaku amat, tapi kalau nggak tahan sama nyeri, aku cuma bisa meringis dan berdoa.

Infus ini penting banget sih untuk diketahui teman-teman, usahakan bisa diinfus yang letaknya di tangan, aku ada 3 titik infus, 1 di punggung tangan kanan dekat jari manis, 2 punggung kiri dekat jari manis. Nah, ketika di rawat inap, dan tangan kanan masih nyeri banget, dipindah lah infusku, jarum sebelumnya di lepas, ganti baru kemudian di letakkan di dekat jempol.

diganti ke bagian jempol, karena bagian jari manis bengkak dan nyeri



Nggak kebayang sakitnyaaaaa ketika lepas jarum dan dimasukin lagi di jempol, karena infusku belum habis, jadi cari jalan lain agar infus masuk ke dalam tubuh.

Kata susternya, kalau masih nyeri juga dan bengkak, bakalan cari jalan infus yang lain, aduuuh nggak kebayang letaknya dimana..

Ketika di ICU, badan tuh berasa kayak mainan, dada tuh banyak tempelan yang nyambung di monitor, pergelangan kaki dikasih alat untuk ukur tensi secara otomatis, dikasih alat bantu oksigen, kedua tangan ada infus. Sudah kebayang dong betapa tidak nyamannya untuk tidur. Mesinnya juga bunyinya bikin grogi nina ninu selang beberapa waktu, kemudian hening, halusinasi yang embuh, pasien sebelah sepertinya gawat, bikin mental juga awut-awutan.

Belum lagi menjalani beberapa tes untuk melihat kondisi jantung dan cek darah.

Lelah banget.. 

Semakin dewasa, semakin sering berkata, "Ya udah lah yaaaa.."

Ya udah lah yaa, memang seperti ini jalannya untuk sembuh, harus ikhlas, sabar dan kuat. Jangan pernah berontak atas ketetapanNya, terima ajalah rasa sakitnya, ini semua proses untuk sembuh.


Seriusan, aku pengin liburan...

4 hari yang bikin hidupku gonjang-ganjing, 4 hari yang menguras tenaga dan mental, 4 hari berasa melihat dunia nggak sama lagi kayak dulu, 4 hari berasa lebih mengenal diri, 4 hari pertarungan batin dengan Tuhan, 4 hari terasa panjang meskipun hidup ini cuma sebentar. 4 hari yang mengubah hidupku.

4 hari yang memberiku kesempatan kedua...

Sampai sekarangpun, aku masih nggak berani kalau menganggap ini semua karena teguran, "Allah SWT sayang sama Sari", karena di sisi lain, aku merasa ini tuh azab karena aku nakal dan lalai dengan nikmat yang diberikan. Namun, karena aku punya pemikiran "Tuhan bersama prasangka hambaNya", jadi aku ubah sudut pandang. Oke, kalaupun ini azab atau teguran keras, setidaknya kenanya tuh masih di dunia, masih bisa berbenah diri.

Maka dari itu, aku merasakan kalau aku tuh diberikan kesempatan kedua untuk hidup. Namun, aku nggak pernah menganggap kalau aku paling wow hidupnya karena dikasih teguran kayak gini, atau tiba-tiba berasa sok suci, sok alim, aku tidak seperti itu, karena aku selalu berproses untuk menjadi lebih baik dari kemarin.

Setelah pulang dari RS ternyata masih struggle dengan hal lain, tapi kapan-kapan aja lah cerita, kalau mood, kalau nggak mood, nggak cerita.

Selain itu, mau menyampaikan, plisss jangan underistimate dengan BPJS karena aku selama di RS pakai BPJS dan mendapatkan pelayanan rumah sakit swasta yang okeee banget. Terimakasih untuk kamu yang selalu tepat waktu bayar iuran perbulannya.

Btw, setelah baca ini jangan self diagnose ya, paling tepat bisa melakukan general checkup atau apalah istilahnya. Terimakasih untuk perhatian dan doanya, kebaikan kalian semoga dibalas berlipat-lipat dengan kebaikan yang buanyaaak.. Sehat-sehat semuanya..

bubur ayam termahal yang pernah aku makan, dan nggak mau balik lagi


5 komentar untuk "4 Hari Untuk Menemukan Arti Kesempatan Kedua"

  1. Ya Allah, semoga selalu diberikan kesehatan dan kebahagiaan ya say..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Aamiin... makasih... doa yg baik-baik untuk mbak

      Hapus
  2. Duh jadi ingat tangan bengkak juga pas masuk IGD dan enggak mau lagi masuk sana. Bener bener kudu jaga kesehatan...

    Semoga lekas membaik apa pun sakit yang terasa saat ini ya... Salam dari si Bungsu S yang belum sempat kenalan...

    BalasHapus
  3. Masya Allah member baru yg bikin postingan yg mengaru-biru perasaan bunda. Swear, kadang leher rasa tercekik, kadang senyum2 sendiri krn untaian kata2 yg menarik. Mak Sari sebenarnyalah ketika kita sakit Sang Pencipta sedang menguji umatNya dan mengurangi dosa2 yg tanpa sadar kita perbuat ketika kita sehat wal'afiat. Percayalah Sang Pencipta tdk akan memberi ujian yg tidak mampu kita tanggung. Buktinya Mak Sari diberi kelebihan setelah sakit -- menulis di blog sedemikian menarik di runut dengan baik tentang pengalaman Mak Sari selama di RS. Maaf komentar terlalu panjang. Salam sehat dan s'mangat!!

    BalasHapus
  4. Mba sari, cepat pulih yaaa.. semoga diangkat segera penyakitnya. Tx sudah mau menulis dan berbagi ttg ini. Setidaknya ini pun jadi reminder bagi aku juga, utk ga terlalu mikirin duniawi dan lupa dengan yang di Atas. Saat sedang Diksh cobaan sakit, baru berasa banget kematian dan hidup itu tipis .kadang aku juga mikir, udah siap belum kalo tiba2 dipanggil :(. Bekal gimana untuk di akhirat. Udh harus mikirin itu.

    Cepat sembuh ya mbaaa 🤗

    BalasHapus