Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Mencari Energi Terbarukan yang Ideal Di Indonesia

sumber energi terbarukan

Urgensi tentang perubahan iklim seperti yang terdapat pada Paris Agreement yang disahkan pada UU No.16 Tahun 2016. Salah satu yang tertera dalam Perjanjian Paris, semua pihak dengan mempertimbangkan prinsip Common but Differentiated Responsibilities and Respective Capabilities, diharuskan membuat kebijakan dan aksi iklim untuk mencegah suhu bumi tidak melewati ambang batas 2 derajat celsius dan berupaya maksimal untuk tidak melewati ambang batas 1,5 derajat celcius dibandingkan masa pra-industri.

Kemudian, berdasarkan perjanjian tersebut Indonesia mempublikasikan dokumen Nationally Determined Contribution (NDC) yang berisi target dan strategi dalam mencapai Net Zero Emission (NZE). Selanjutnya, pada penyelenggaraan G20, Indonesia membahas tentang Bali compact merupakan transisi energi yang bertujuan untuk mencapai target NZE.

Prinsip energi terbarukan.

“Secara global, penggunaan energi terbarukan mampu menurunkan 1,25% emisi CO2 per kapita” (Szetela, et al., 2022)

Sumber energi fosil yang hasil pembakarannya menghasilkan emisi karbon yang bakalan memperparah efek rumah kaca, selain itu sumbernya lama-kelamaan akan habis. Sedangkan energi terbarukan merupakan sumber energi yang tersedia oleh alam dan tidak akan habis sebab terbentuk dari proses alam yang berkelanjutan.

Energi terbarukan memiliki prinsip-prinsip yang harus dipenuhi, antara lain :

  • Rendah emisi.
  • Ramah lingkungan.
  • Bahan baku lebih murah.
  • Potensi lapangan kerja.
  • Macam-macam energi terbarukan yang ada di Indonesia :
Pada awalnya, aku ngira kalau energi terbarukan seperti pemanfaatan panas matahari yang diolah dengan panel surya, pemanfaatan energi dari angin, maupun air. Namun, setelah mengikuti webinar komunita Eco Blogger, ternyata energi terbarukan di Indonesia banyak banget loh, dan pemanfaatannya nggak hanya skala rumah tangga tapi untuk industri.

Geothermal (Panas bumi).

Ternyata Indonesia memiliki energi panas bumi terbesar kedua di dunia, energi ini dihasilkan dan tersimpan di dalam inti bumi. Panas bumi yang diolah akan menghasilkan listrik. Namun, pada pengelolaannya masih memiliki dampak yang perlu diantisipasi, seperti :

  • Mempengaruhi sumber daya air, karena dalam prosesnya untuk dijadikan sumber listrik membutuhkan jumlah air yang sangat banyak.
  • Emisi GRK dari proses ekstraksi panas bumi.
  • Potensi gangguan sistem geologis.
  • Merusak ekosistem.
Tentunya untuk mengolah panas bumi harus mencari sumbernya, membutuhkan sumber panas yang luas, akibatnya dapat merusak ekosistem suatu wilayah, karena proses panas bumi dijadikan listrik membutuhkan proses yang panjang.

Tenaga surya (Matahari).

Energi ini sudah sering kita lihat, bahkan sudah ada yang menggunakan dalam skala kecil. Energi matahari tidak terbatas dan rendah emisi. Panel surya mengubah radiasi matahari yang terserap menjadi energi listrik.

Energi matahari juga tidak lepas dari dampak yang perlu diantisipasi, seperti :

  • Ketergantungan pada cuaca.
  • Biaya instalasi awal yang cukup mahal.
  • Bioenergi
Merupakan energi terbarukan yang dihasilkan dari sumber biologis atau biomassa, yang umumnya berasal dari tanaman. Antara lain : kayu, tanaman pangan, tanaman khusus energi, limbah hutan atau limbah pangan.

Namun, pada implementasinya, terdapat juga dampak yang perlu diantisipasi, seperti :

  • Terjadi kerusakan hutan karena eksploitasi kayu sebagai bahan untuk bioenergi.
  • Dapat terjadi deforestasi yaitu perubahan kondisi penutupan lahan dari kelas penutupan lahan kategori hutan/berhutan menjadi kelas penutupan lahan kategori non hutan/ tidak berhutan.
  • Memanfaatkan minyak jelantah sebagai bahan baku Biodiesel.



Minyak Jelantah, apakah menjadi salah satu solusi?

Di webinar kali ini juga menjelaskan tentang pemanfaatan minyak jelantah, mungkin di antara teman-teman yang baca blog post ini sudah nggak asing lagi dengan kegiatan di lingkungannya yaitu mengumpulkan minyak jelantah di setiap rumah yang kemudian dijual di pengepul.

Nah, ternyata tujuannya bisa dimanfaatkan untuk bahan baku biodiesel. Karena keberadaan minyak goreng kelapa sawit masih menjadi komoditas utama di masyarakat, kenapa nggak dimanfaatkan juga daripada minyak jelantah dibuang dan menjadi limbah, lebih baik diolah kembali.

Pemanfaatannya juga perlu strategi yang tepat, seperti :

  • Menargetkan sektor-sektor ekonomi di wilayah perkotaan sebagai target pasar pengumpulan minyak jelantah dan biodiesel.
  • Memasarkan biodiesel-minyak jelantah sebagai bahan bakar mesin diesel spesifikasi low speed pada tahap awal pemasaran.
  • Dukungan regulasi sebagai upaya tindak lanjut wacana kebijakan pemanfaatan minyak jelantah sebagai bahan baku biodiesel :
  • Regulasi yang mendefinisikan UCO (minyak jelantah) sebagai limbah.
  • Regulasi yang mengatur pengelolaan dan peruntukan pemanfaatan UCO.
  • Regulasi tata kelola dan tata niaga UCO sebagai bahan baku biofuel/biodiesel.
  • Regulasi yang menempatkan UCO sebagai bahan baku biofuel/biodiesel.
  • Regulasi larangan mengkonsumsi UCO.
  • Regulasi larangan membuang UCO di sembarang tempat.
  • Regulasi penetapan Indeks Kualitas Lingkungan Hidup (IKLH) sebagai kinerja daerah.
  • Regulasi tingkat daerah tentang pengelolaan limbah (UCO).
  • Regulasi tingkat daerah tentang pemberian insentif fiskal kepada rumah tangga dan unit-unit bisnis usaha penghasil UCO.

Banyaknya pilihan untuk dijadikan energi terbarukan, tapi masih belum "ideal" karena masih terdapat dampak negatif untuk lingkungan maupun masyarakat sekitar, dan masih butuh penelitian untuk mengelola sumber energi lain yang lebih "sempurna" daripada yang disebutkan di atas, keberadaan minyak jelantah bisa jadi opsi meski perlu regulasi dan kesadaran masyarakat untuk tidak membuang limbah jelantah pada sembarang tempat.

Energi fosil yang keberadaannya terus-menerus berkurang dan meninggalkan emisi sehingga mempercepat efek rumah kaca, sedangkan implementasi energi terbarukan di Indonesia masih harus diantisipasi agar dampak buruk dari pengelolaan tidak sampai merusak lingkungan maupun menggusur suatu penduduk.


Diperlukan kesadaran energi di masyarakat, masih ingat kan kampanye earth hour, atau 3 M (Mematikan, Mencabut, dan Mengatur penggunaan listrik di rumah). Yuk, jangan sampai lupa untuk tidak boros penggunaan listrik yang nggak perlu, sehingga kita sadar listrik yang kita gunakan membutuhkan energi yang nggak sedikit.

Kita bisa mulai dengan menggunakan transportasi umum, merencanakan perjalanan sehingga kita bisa efisien menggunakan bahan bakar, saat pagi hari membuka jendela agar sirkulasi berputar daripada pakai AC, menanam tanaman hijau di sekitar rumah, dan masih banyak lagi. Nah, kalau kamu sudah "sadar energi" belum?

Posting Komentar untuk "Mencari Energi Terbarukan yang Ideal Di Indonesia"