Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Ibu, Cinta Tanpa Akhir

Ibu, Bunda, Emak, Umi dan entah apa lagi panggilannya, tapi aku lebih nyaman menyapa Beliaun dengan sapaan Mama. Ada tambahan rasa manja di dalamnya.

Hari ini, semua merayakan Hari Ibu. Bukan Hari Perempuan atau Hari Wanita. Melainkan Hari Ibu. Wanita atau Perempuan akan menjadi lebih sempurna jika ia telah menjadi seorang Ibu. Sedehana sebenarnya, bukan kah jika telah memiliki anak, sudah sah disebut Ibu? Terserah nanti anaknya mau dipukul, ditenadang, ditampar, atau disiksa bagaimanapun, toh ia tetap disebut dengan Ibu, bukan? Tapi di dalam benak kita, tentu bukan seperti itu gambaran seorang Ibu. Ibu lebih mulia dari siapapun juga. Masih ingat dengan kalimat "Ibumu.... Ibumu.. dan Ibumu". Ibu, bukan sekedar mengandung kemudian melahirkan seorang anak. Tetapi masih ada tanggung jawab besar di pundaknya, seperti mendidik anak, mana yang salah dan mana yang benar (transfer knowledge), berusaha sekuat tenaga akan melindungi anank-anaknya dari hal buruk (the great security), menjadi tempat curhat yang nyaman bagi anak perempuannya yang sedang jatuh cinta (best friend), rajin menghitung dana agar semua anaknya mendapatkan pendidikan yang layak (Menteri Keuangan wannabe) dan masih banyak lagi tanggung jawab Beliau.




BACA JUGA : INI UNTUK IBUMU, MAS




Apakah Mamaku seorang Ibu yang sempurna? Oh, jelas tidak. Kadang aku suka sebel kalau Mama mulai cerewet dan ngomel - ngomel yang entah masalah apa yang dibuat bahan untuk ngomel - ngomel. Ya, mungkin itu ciri khas dari seorang Ibu. Ibu yang serong ngomel berbanding lurus dengan bentuk perhatiannya. Oke, kalau gitu aku ubah, Mamaku seorang Ibu yang sempurna di muka bumi ini. Tak akan pernah aku dapat membalas semua perhatian . kasih sayang dan apapun itu bentuknya dari seorang Ibu. Meskipun kelak aku akan membayarnya dengan rumah yang megah berhias emas, permata maupun intan, tak akan pernah aku dapat "melunasi" kasih sayang yang Beliau berikan secara gratis kepada kita, anak - anaknya. Karena Ibu melahirkan anak, namun anak tak akan bisa melahirkan Ibu.

Aku, bukan anak si penurut, selalu saja mengeluarkan pendapat apapun yang ada di kepala, seakan sudah paham dengan semua isi di dunia, padahal tidak. Berbeda pendapat, labil, apapun juga itu, namun Mama masih saja mendekapku dan selalu merasa nyaman dipeluknya. Ah, aku lupa, tak akan pernah Ibu menjadi "Mantan Ibu", lain halnya memiliki banyak pacar tetapi akhirnya menjadi mantan pacar.

Kelak, aku akan melabuhkan hatiku, nanti jika ada lelaki yang mengikat diriku dengan cincin kawin. Aku yakin, tak akan pernah putus kasih sayang Beliau, tempat aku kembali sebagai diriku, sebagai gadis kecilnya. Aku akan semakin menua, Ma. Tetapi aku menyadari semakin aku tua, aku tidak semakin mandiri, semakin tua aku ingin menghabiskan waktuku untuk bersamamu, Ma. Akan aku beri semua waktuku, untuk bersamamu, mengabdi hingga lelahku. Meskipun aku tahu, tak akan pernah aku sanggup menandingi kasih sayangmu kepadaku. Love u Ma..

Posting Komentar untuk "Ibu, Cinta Tanpa Akhir"