Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Mengenal Surabaya Dalam Sehari.

mengenal surabaya dalam sehari

Mengenal Surabaya dalam sehari. Nggak punya waktu banyak untuk jalan - jalan ke Surabaya tapi mau jalan - jalan yang nggak biasa? Surabaya nggak hanya banyak mallnya tapi banyak juga wisata edukasi maupun sejarah, banyak museum dan rumah bersejarah. Dalam sehari kamu bisa mengenal Surabaya, dan bikin kamu balik lagi, untuk lebih menikmati Surabaya dalam sudut lain.


Destinasi pertama yaitu hotel Majapahit, tapi saat jalan – jalan memang sekedar transit aja, nggak memasuki hotel, tetapi melihat dari bangunannnya sudah mengingatkan kita akan peristiwa perobekan bendera triwarna. Masih berdiri kokoh tiang benderanya.

Hotel majapahit dalam kejauhan

Destinasi kedua ke rumah H.O.S Tjokroaminoto. Baru tahu nih kalau rumah di Surabaya juga, aku kira hanya di Jogja, iya rumah yang di Jogja juga tempat lokasi syuting film Tjokroaminoto, guru bangsa bangsa. Ada lokal guide yang menceritakan tentang sejarah Tjokroaminoto, dan rumahnya pada saat itu juga menjadi kos – kosan Sukarno dan tokoh pergerakan lainnya. Rumah Tjokroaminoto juga mengalami pemugaran, seperti area belakang yaitu kamar mandi yang ditutupi semen, karena memang kan tujuannya untuk wisata edukasi, jadi ya dipugar agar lebih nyaman saja. Di sini juga terdapat kamar Sukarno yang sekaligus menjadi tepat untuk latihan orasi. Selain penjelasan tentang sejarah, ada juga penjelasan tentang percintaannya, dimana Sukarno menikahi anak dari Tjokroaminoto, tetapi Sukarno tidak pernah menyentuh istrinya karena Sukarno tahu jika sahabatnya dari dulu mencintai anak dari Tjokroaminoto, tidak ingin melukai sahabatnya sendiri, jadi dia tidak pernah menyentuh istrinya, jadi Sukarno tidak memiliki keturunan dari istri pertamanya. Nah, tahu kan artis Maia estianty itu merupakan keturunan dari Tjokroaminoto.
rumah H.O.S Tjokroaminoto

kamar yang dijadikan tempat latihan orasi oleh Pak sukarno
masih banyak foto bersejarah lainnya.


Warung omah sejarah (WOS) , yang merupakan rumah dari Cak Roeslan Abdulgani, Menteri Luar Negeri Indonesia pada tahun 1956 – 1957, sedangkan dis sebelahnya terdapat rumah dari salah satu tokoh pergerakan Islam, yaitu Ahmad jais. Di WOS ini dipandu oleh mas jarot, lokal guide. Tempat bersejarah sekaligus tempat nongkrong dari berbagai komunitas, suguhannya banyak banget, mulai dari minuman, cemilan hingga makanan yang cukup berat. Beruntung juga, kita dapat bertemu dengan saksi sejarah, yaitu Mbah Kariman dan Mbah safi’i. mbah safi’i ini merupakan teman masa kecil dari cak Roeslan, masih sehat bugar loh meskipun berumur 80an, tetap ceria, sederhana, menyenangkan bisa dengar cerita langsung dari beliau, tentang Surabaya, masa perjuangan dan pesan untuk generai muda.
rumah kelahiran cak ruslan

foto kisah cak ruslan

saksi hidup nih

Selanjutnya meluncur ke kampung lawas Maspati, yang dekat sama pasar Turi. Di sini kita semacam tour ke desa wisata, dengan dipandu guide lokal. Pertama disambut dengan musik patrol yang dibawakan oleh remaja dari kampung itu sendiri. Kemudian melihat kreatifitas dari para warga yang menyulap sampah menjadi barang yang bernilai. Ada juga olahan bahan makanan yang unik, seperti lidah buaya yang diolah jadi minumam maupun makanan ringan, ada juga jajanan jadul, jamu dan ada nih yang unik, kreasi dari korek gas diubah jadi robot – robotan mungil, pembuatnya sudah sepuh (tua) loh, tapi masih cekata dengan printilan dari korek gas.


BACA JUGA : Andai liburan ke Bogor


langsung disambut musik patrol
kostumnya dari sampah loh..


Di kampung lawas ini masih ada loh jejak dari sekolah ongko loro, sekolah untuk kaum pribumi pada jaman dulu, tetapi sekarang beralih fungsi menjadi hunian. Sayang sekali sih nggak bisa melihat bangunan secara keseluruhan, tapi masih bisa melihat dari luar saja. Kemudian kita akan diajak ke omah lawas, rumah dari pak soemargono, yang tidak dan tidak bukan merupakan buyut dari lokal guide. Rumah ini juga jadi “korban” dari peristiwa sepuluh November, tapi hanya ditembak saja, tidak di bom hingga luluh lantak.
pengrajin dan hasil karya dari kreasi korek api gas

Destinasi terakhir adalah museum kanker yang dipastikan merupakan satu – satunya museum kanker yang ada di dunia. Karena di museum kanker yang letaknya di Jalan Kayon ini memiliki artefak berupa kanker payudara dan kanker rahim sebesar kepalan tangan orang dewasa. Ngeri sih lihat kanker segede gitu, apalagi kanker tersebut termasuk kanker yang banyak dialami oleh kaum hawa. Apalagi kalau kamu menengok ke atas, di sana akan menjumpai papan yang guede banget, yang menginformasikan setiap detik, setiap menit, setiap jam dari pasien kanker serviks yang meninggal, angka tersebut akan terus bertambah dan angka tersebut diperoleh dari catatan WHO. Yang tercatat sudah banyak apalagi yang tidak tercatat oleh WHO, tiba – tiba merasa menjadi mahkluk yang paling kecil, nggak bisa berbuat apa – apa untuk menghentikan pasien yang meninggal karena kanker serviks. Kesehatan amat sangat penting, nggak hanya bagi diri kita tapi untuk orang sekitar.

angka itu terus bertambah, sedih :(

artefak kanker, masih banyak lagi loh.

Jika museum yang sering kita jumpai, bisa dinikmati hanya dengan indera penglihatan saja. Di sini, museum kanker. Kita bisa menikmati dengan cara indera penglihatan, peraba dan penciuman. Untuk indera peraba, ada semacam alat tes untuk mengetahui kanker payudara, kanker payudara itu sendiri berada di dalam yang memang sulit untuk mendeteksi benjolannya. Ada juga kok cara memeriksa payudara sendiri, ada semacam gambar peragaannya, lakukan tes ini di rumah dan lakukan saat kamu selesai haid (menstruasi) karena hormone kita kembali normal saat haid telah selesai.

mencoba alat peraga untuk mengetahui letak kanker payudara

Oiya, museum ini memang masih dalam perkembangan, tentunya agar pengunjung dapat lebih dalam mengetahui tentang kanker, nggak hanya untuk cewek, tapi juga untuk cowok, karena di sini masih banyak artefak kanker, apalagi kanker paru – paru, tuh yang suka ngerokok, hati – hati kena kanker paru – paru. Kalau kamu ke sini dan merasa terpanggil untuk menjadi bagian dari museum kanker, bisa jadi relawannya, seperti menjadi relawan untuk mengurus website museum kesehatan, atau sekedar memberikan dana pribadi secara sukarela. Dan museum kanker merupakan tempat wisata terakhir, maka cukup sudah berwisata ke Surabaya.

Museum Kanker.

Memang, ulasan di atas tidak menggambarkan Surabaya secara keseluruhan, karena Surabaya masih banyak cerita, masih banyak pesona yang ditampilkan, dari sudut edukasi, heritage, bahari, dan masih banyak lagi. Setidaknya dengan ulasan tersebut, bisa memberikan pandangan, kalau Surabaya memiliki sisi heritage yang sangat besar, masih banyak tempat yang bisa digali, makin bikin penasaran dan ingin terus kembali ke Surabaya. Satu hari ke Surabaya sudah bikin kamu jatuh cinta. Yuk, ke Surabaya.

2 komentar untuk "Mengenal Surabaya Dalam Sehari."

  1. rindu koat surabaya, hampir setiap liburan berkunjung ke sini karena ada kakek dan nenek. Setelah mereka gak ada jadi jarang ke sini dan rimdu banget suasana di sana.

    BalasHapus
  2. seruuuunyaaa yang habis city touring, saya gak masuk itungan >mewek di pojokan<

    BalasHapus