Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Lungsuran

kamu punya cerita tentang lungsuran?


Ada yang tahu mengenai lungsuran? Iyes, lungsuran, dapat barang bekas. Karena aku anak ketiga alias anak bungsu, jadi nggak heran kalau dapat lungsuran dari Mbak atau bahkan dari Mama. Namanya juga wanita, suka dengan hal berbagi atau saling meminjam baju dan sepatu. Karena bentuk tubuh antara Mama, Mbak dan aku nggak jauh berbeda, eh hanya Mbak yang lebih tinggi, jadi kalau dapat baju dari Mbak, harus potong sedikit. Hal yang lumarah kalau dapat lungsuran atau minjam (tapi seringnya nggak dikembalikan, hauahaha.. tapi ikhlas kok dan sudah bilang).

Awalnya nih, sungkan dan risih dapat lungsuran baju dari Mbak, duh kayak nggak modal aja, kayak nggak mampu beli baju. Pertama dengar istilah lungsuran dari Mama, saat itu aku masih SD, terus dibilangin sama Mama kalau Mbak punya celana 3/8 (iyes, dulu ngetrend loh celana itu, agak ketat. Nggak panjang, tapi nggak pendek juga) nah, disuruh Mama untuk pakai celananya Mbak, karena memang sudah nggak cukup. Ikh, kok pakai celana bekas sih, terus dirayu Mama kalau enak loh dapat lungsuran, dapat banyak, gratis pula. Aku masih setengah nggak mau, punya pikiran kalau aku dapat lungsuran, nanti aku nggak dibeliin celana baru dong. Terpaksa sih nerima celana bekas (meskipun masih bagus), cukup lama nggak mau pakai celana lungsuran, akhirnya pakai juga karena stok celana menipis karena belum dicuci, saat SD masih dicuciin *manja*. 

Lama – kelamaan nggak hanya celana yang dapat dari lungsuran, tapi barang lainnya. Yang dulunya punya pikiran kalau barang bekas itu seperti “nggak banget deh” tapi sampai sekarang seneng banget dapat lungsuran, meskipun dapat lungsuran, tapi Mama masih sering beliin baju dan celana baru kok (saat masih SD tentunya). Selain dapat barang lungsuran dari Mbak, dapat pula lungsuran dari Mama, tapi sepertinya bukan lungsuran tapi “paksaan” huahaha. Suka loh pakai jilbabnya Mama, sepatunya atau sandalnya Mama, karena ukurannya nggak jauh beda antara 38 atau 39. Kalau jilbab biasanya langsung dipakai aja, nggak bilang Mama, tau – tau sudah jadi milik pribadi, Mama nggak marah sih, katanya udah biasa. Hehehe. Kalau yang sandal, memang Mama dapat hadiah high heels, karena kurang nyaman dengan heels yang tinggi, jadinya dikasih ke aku.

Banyak manfaat loh dari lungsuran, antara lain :

1. Hemat. Karena sampai saat ini dapat lungsuran gamis, yang masih bagus – bagus, aku nggak perlu lagi mengeluarkan duit. Bisa untuk keperluan lainnya.

2. Lemari nggak sesak. Coba deh tanya sama adek – adeknya, mungkin mau menerima lungsuran, daripada lemarinya penuh sesak lebih baik dikasih ke saudara terlebih dahulu, kalau nggak mau, nah kasih deh ke orang – orang yang membutuhkan.

3. Berbagi. Namanya juga saudara, kalau menerima sesuatu dari saudara yang lainnya, rasanya tuh diperhatikan. Nggak perlu janji – janji mau ngajak makan, langsung aja bawa sekardus gamis yang masih bagus, huwaaa langsung mataku berbinar – binar.

4. Selain agar lemari nggak sesak, yang biasanya doyan belanja baju dan hanya pakai sekali pakai, lungsuran membuat barang tidak mubadzir, sia – sia menjadi tumpukan keset atau kain pel.

Eh, ada cerita terbaru juga tetap urusan sandal, mama punya sandal yang nyaman untuk jalan – jalan, terus aku pakai tapi nggak bilang, eh pulang dari rumah, ternyata Mama cariin sandalnya. Tapi, kalau sandal yang satu ini nggak jadi barang lungsuran tetapi menjadi barang milik bersama. Ukurannya nggak jauh beda sih, jadinya sering pakai sandalnya Mama. Seandainya nanti aku cari mobil bekas, kira – kira ada nggak kasih aku lungsuran mobil? Enak aja, Sar!

1 komentar untuk "Lungsuran"

  1. Aku pun begituuu kalau di rumah hehehe.. Asal masih layak pakai why not ;)

    BalasHapus