Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

International Women's Day dan Kelas Paralel Creative Content

kreatif konten


Meskipun acara international women’s day diselenggarakan pada tanggal 30 Maret, tapi sebenarnya IInternational Women’s Day jatuh pada tanggal 8 maret. Kali ini topik yang diangkat adalah teknologi dan perempuan.

Pematerinya :

ILONA JUWITA - Props (Google partner)

FARIDA - FemaleGeek Surabaya

HENI PRASETYO - Presiden Coding Mum Indonesia.


Dari ketiga pemateri, ada yang menarik karena beliau - beliau ini memanfaatkan teknologi dari prespektif yang berbeda, ada yang memang berkecimpung (kerjaannya) berkaitan dengan teknologi, sebagai pengajar yang bersinggungan dengan teknologi, dan ada juga yang memanfaatkan teknologi untuk pemberdayaan perempuan.

Teknologi tidak bisa lepas dari aktivitas sehari - hari, bahkan dengan parenting, menciptakan hubungan antara ibu dan anak, seorang ibu tidak boleh ketinggalan zaman, seperti mengetahui games online yang sedang ngehitz, bukan dibatasi melainkan dibimbing, kapan waktunya main games, kapan waktunya untuk belajar. Pengalaman ini seperti diceritakan oleh Ibu Farida, dari FemaleGeek Surabaya, sekaligus dosen, mengajak para ibu lebih dekat dengan anaknya, bahkan boleh loh si ibu bermain games bersama anak - anak, mencari sisi positif dari games, mengatur waktu anak - anak untuk bermain dan menjalani kewajiban untuk bersekolah.


Selain mengupas pengalaman pribadi, ibu Farida juga mengungkapkan peluang - peluang bisa juga disebut dengan karir yang terbuka lebar dalam era digital ini, tidak menutup kemungkinan jika seorang perempuan menggeluti karir di bidang digital, seperti social media manager, data and analytics manager, atau yang sekarang sangat gencar dilakukan oleh ibu rumah tangga, yaitu membuka online shop, hampir semuanya pernah jualan online.

Semakin hari, semuanya dilakukan secara digital, apalagi dalam dunia edukasi, salah satu peserta bertanya berkaitan dengan pekerjaannya sebagai seorang pengajar yang ingin go online secara global. Tidak dapat dipungkiri, sekarang memang serba digital, serba online, belajar tak perlu kelas, bisa juga dilakukan secara digital, banyak platform bimbingan online yang gratis hingga berbayar dilakukan dengan streaming, atau belajar lewat video yang dapat ditontong secara online sekaligus dapat diunduh secara gratis.

Jika ingin mengembangkan diri secara digital, memang perlu upaya yang kuat dan konsisten, seperti Mbak Heni, presiden coding mum menceritakan jika dulunya belajar bermodalkan warnet, dan modem jadul, karena kegigihan dan konsisten, sekarang sudah banyak merangkul ibu - ibu rumah tangga agar melek teknologi. Jangan kburu minder kalau ada kata - kata coding, karena semuanya diajarkan melalui dasar, memperkenalkan ibu - ibu rumah tangga untuk mengenal dunia digital yang banyak sekali manfaatnya.


Salah satu peserta yang juga memiliki usaha laundry bertanya tentang pengembangan usaha, dengan banyaknya platform social media dan juga blog, bingung harus mulai dari mana, dan memang untuk ngeblog merasa kesulitan karena diharuskan untuk bisa menulis. Mbak Heni memberikan saran, daripada bingung, lebih baik pemilik usaha menentukan goals usahanya, apakah ingin membuka cabang, memperbanyak reseller, tentunya pasti ingin menambah profit, manfaatkan media sosial untuk pemasaran, lebih luas jangkauannya, kan banyak di google tentang social media marketing, untuk blog, manfaatkan sebagai etalase, daripada upload foto banyak banget digrup chat, lebih baik di blog, dan jika ada yang tanya tentang produk, langsung dikasih link blog untuk membaca secara rinci.

Kalau boleh menambahkan, untuk pemilik usaha, lebih baik fokus dengan urusan manajerial, kalau urusan teknik seperti optimasi atau tulis - menulis konten di blog, dapat hire atau memperkerjakan tim yang berupa admin sosial media atau admin lainnya, seperti memperkerjakan saya sebagai admin atau untuk menulis konten, harga bersahabat *uhuuuk... iklan terselubung 😆😂😂. Daripada capek sendiri untuk mengurus segala sesuatu, lebih baik untuk merekrut tim.

Jika sebuah usaha sudah berdiri sendiri, tapi merasa kurang berkembang, atau ingin melebarkan sayap, saatnya untuk beriklan. Proops merupakan partner Google, yang memberikan kemudahan bagi pengiklan, daripada mengerjakan iklan sendiri namun tidak tahu jalurnya, lebih baik memberikan kepada yang sudah berpengalaman tentang iklan di Google. Mengapa beriklan? Untuk menjangkau calon pembeli/resller/pelanggan. Setiap hari, orang - orang mencari segala sesuatunya lewat Google, iklan kita yang muncul di Google, dengan begitu, besar sekali peluang mendapatkan pembeli baru atau reseller. Iklan juga dapat muncul di blog yang memiliki view yang banyak, selain itu juga muncul di aplikasi yang berpartner dengan Google. Gimana, banyak peluang ketika beriklan.


Artikel tentang influencer : Bagaimana caranya menjadi influencer yang dilirik oleh brand ?

Creative content


Di acara ini juga ada kelas – kelas kecil, yaitu social media marketing, creative content dan cloud study jam. Saya memilih creative content.


Beberapa menit pertama pemateri yaitu mas Fauzan menyampainkan materinya, saya agak sukar mencerna, eh materinya bagus kok, tapi kok njomplang ya, anu itu loh sepertinya tidak sesuai dengan ekspektasi saya. Beneran, bagus kok materi yang disampaikan yaitu berupa pembahasan film. Nah, udah tahu keganjilan yang saya sebutkan. Nggak salah membahas tentang film, tapi sepertinya kurang sinkron dengan materi di awal, materi garis besarnya tentang acaranya ini.

Karena di awal acara, sebelum kelas paralel, kan sebagai “benang merahnya” adalah para perempuan yang melek teknologi, perempuan yang datang di acara ini sebagian besar adalah ibu rumah tangga, yang seharusnya nggak gaptek, dan bagaimana pemanfaatan teknologi di dunia perempuan, seperti dalam bidang usaha barang atau jasa, sebagai pengajar yang beralih ke digital. Kira – kira seperti ini garis besarnya.

Namun, setelah masuk ke kelas paralel, waduh materi yang bagus namun sayang sekali nggak masuk untuk para peserta. Untungnya, kelas kecil ini tidak seratus persen materi, namun semacam diskusi, jadinya para peserta langsung bertanya, dan sebagian besar bertanya tentang video pendek.

Nah, kalau video pendek, lebih “masuk” ke keseharian, entah itu video pendek untuk promosi, video pendek untuk influencer, video pendek untuk profil. Materinya lebih ke “jalurnya” daripada membahas tentang film, lebih dipersempit ke video pendek.


Dalam era digital, bentuk visual sangat diperhatikan, berbagai platform butuh banget visual yang dapat memanjakan mata, entah itu bentuk foto, infografis atau video. Platform yang berbeda memang membutuhkan perlakuan yang berbeda, youtube beda dengan IG Stories atau IG TV, IG berbeda dengan facebook, namun saling melengkapi. Jika membuat video, 10 – 20 detik pertama harus mampu mengaet penonton untuk menonton lebih lanjut untuk nonton sampai selesai.

Biasanya IG sebagai cuplikan atau teaser video yang diunggah ke youtube. Permasalahan juga timbul jika 10 – 20 detik pertama tidak menarik, viewer bakalan nonton karena terkendala kuota atau buffering. Dan jangan panjang – panjang kalau bikin video, 7 menit itu sudah lumayan panjang ya, karena kemampuan untuk menonton setiap orang berbeda – beda, ada yang gampang jenuh, ada yang memang lagi butuh video tersebut (misalnya ulasan make up atau gadget) tapi penonton cenderung sayang sama kuota. Kalau bikin vlog, videonya bisa dipecah menjadi beberapa bagian, misalnya vlog liburan ke Bali part 1 (romantisnya pantai kuta), vlog selanjutnya part.2, dan seterusnya.

3 hal yang mendasar dan perlu diperhatikan jika ingin membuat video ;


1. Shoot kamera, menemukan angle pengambilan video yang bagus.

2. Kualitas gambar.

3. Kuliatas suara.

Kita sebagai content creator juga memposisikan sebagai penonton, manfaatnya nonton video tuh apa, sebagai hiburan, menyajikan informasi suatu produk, promosi atau yang lainnya. Sebagai penonton juga ada kendala nonton video, selain kuota, misalnya ibu – ibu yang ingin mencari video resep, nggak mungkin dong nonton video masak yang durasinya 15 menit, keburu anaknya bangun, keburu jemurannya belum disetrika. Makanya banyak video masak tidak lebih dari 5menit, dan banyak video masak dengan bahan dan proses masak yang praktis.

Sebelum membuat video, dilihat terlebih dahulu apa permintaan klien (bagi influencer), ada yang ingin hardselling, seperti iklan – iklan pada umumnya, atau soft telling, yang lebih menyentuh hati para penonton. Di sini, pesertanya diberikan beberapa cuplikan iklan dari luar negeri yang sebenarnya itu iklan mobil atau produk namun membaut tersenutuh atau “heart warming”, bikin hati meleleh.


Selain materi, juga mendiskusikan beberapa iklan di Indonesia yang sedang ngehitz, seperti iklan tiket dot com (nggak apa nyebutin merek, mungkin aja diajak kerjasama *lol*), iklan tersebut nyentrik, mulai dari talent dan tema vintage yang bisa dibilang iklannya langsung nancep di otak.

Selain iklan yang sering muncul di televise atau youtube, ada juga iklan yang tampil di baliho tersebar di jalan – jalan, iklan gojek juga dibahas karena pesannya bikin orang yang membacanya senyum – senyum sendiri karena related dengan kehidupan sehari – hari.

Nah, bagaimana dengan selebgram atau influencer yang bekerjasama dengan brand dan videonya diupload di instagram, durasi video hanya 1 menit saja. Paling penting adalah melihat dengan seksama brief yang diberikan, biasanya selebgram/influencer videonya berupa review suatu produk, yang di highlight bagaimana kesan – kesannya penggunaan produk. Contoh paling mudah adalah review produk makanan, langsung saja shoot ke makanan dan bikin makanan tersebut nampak mengirkan dan membuat orang terasa lapar dan ingiin memakannya. Cara kita makan juga diperhatikan, tonjolkan suara kriuk – kriuk jika makanan tersebut renyah.

Frame pengambilan video juga diperhatikan, kalau IG framenya square atau bisa juga landscape. Untuk visual foto, dengan produk makanan, biasanya banyak yang menggunakan square atau portrait, terlihat lebih full di layar hape, follower yang melihat postingan IG, lebih fokus ke foto kita. Lain halnya dengan video, yang kebanyakan landscape, seperti media youtube atau IGTV.

Nggak hanya melulu menyajikan materi, kelas creative conten, juga ada diskusi dari peserta, contoh iklan atau video pendek, kemudian “dibedah” untuk membuat video tersebut menarik tuh apa aja meskipun waktu yang diberikan pendek, namun kelasnya padat dan bermanfaat.

Video yang kita buat, pesan apa yang ingin disampaikan. Temanya masih fresh atau sudah pernah yang bikin, cari seudut pandang yang berbeda. Masih banyak materi yang dibahas dan peserta dipersilakan untuk mengunduh pembahasan. Semoga sebagian kecil dari postingan ini dapat bermanfaat yaaa. Yang terpenting, mengetahui apa maunya klien.

Posting Komentar untuk "International Women's Day dan Kelas Paralel Creative Content"