Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Review Novel : Redup

review novel tentang cinta segitiga



Sesaat melihat bukunya, saya bingung karena tidak ada sinopsisnya, di bagian belakang hanya tertera endorsement. Mungkin, maksud dari penulisnya agar para pembaca menjadi penasaran, tapi bagi saya kurang nyaman. Sinopsis buku bukan berarti harus memberikan bocoran cerita apakah ini, melainkan menjadi sebuah peta bagi para pembaca, genre buku ini apa, temanya apa, tokoh dan karakternya berusia berapa agar para pembaca diberikan “peta” jika novel ini bukan teenlit, bukan genre romantic comedy, dll. Jadi hal yang pertama saya lakukan adalah meraba-raba terlebih dahulu. Jangan salah, saya pernah baca novel islami yang teenlit, pernah baca novel islami yang romantisnya bikin menyayat hati, atau novel islami yang ada comedynya.

Sinopsis buku juga sebagai pemantik rasa penasaran para pembaca, menebak-nebak alur atau endingnya seperti apa. Akhirnya baca endorsementnya untuk menebak, sepertinya bakalan menyusuri cerita yang bikin mewek, lanjut baca..

Novel ini berkisah tentang perjalanan cinta antara Alif, Aisyah dan Dwi. Aisyah yang merupakan wanita baru dikenal, membuat Alif jatuh hati pada pandangan pertama. Sedangkan Dwi, merupakan kisah cinta masa lalu yang belum selesai. Alif dihadapkan oleh kebimbangan, Aisyah atau Dwi.

“Ya, mintalah jodoh yang terindah, bukan yang terbaik. Terindah itu, sudah barang tentu akan menjadi yang terbaik untuk kita. Tapi yang terbaik, belum tentu akan menjadi yang terindah buat kita. Bukan begitu” ( halaman 5)


Tema percintaan yang sebenarnya sudah umum, tapi selalu menarik jika diramu dengan formula yang menarik, dan novel ini menurut saya ringan dibaca, konflik-konflik yang bertebaran membuat ingin membaca lagi dan lagi. Padahal saya niatnya nyicil gitu bacanya, tapi sehari ternyata bisa kok, dan akhir dari novel ini yang malah bikin banyak perasaan yang berkecamuk, loh kok gini.. bukan perasaan kecewa tapi, ya ampun kok bisa sih bikin ending kayak gini, bener-bener deh penulisnya, masih bikin bertanya-tanya. Ternyata yang membuat saya gemas ada di akhir cerita.

Sudah saya jelaskan juga jika novel ini ringan dibaca, beberapa jam sudah bisa selesai, mengalir begitu saja, seakan-akan kejadiannya ada di hadapan, apalagi lokasi yang disebutkan sudah tidak asing lagi, jadi mudah untuk menggambarkannya.

“Ini bukan ucapan, Lif. Karena tanpa diucapkan pun, kita sudah sama-sama merasakannya. Ini hanya penegasan bahwa kita saling mencintai dan berjanji untuk kembali bersama….” (halana 32).

Cinta segitiga yang mengalir secara sederhana, tenang saja karakter Alif nggak pengin jambak karena plin plan, loveable banget lah, meski dilanda kebimbangan, meskipun samar-samar, meski karakternya belum nyantol di hati saya, malah senang baca kalau Aisyah muncul, polos polos gimana gitu, pas. Lemah lembut, pintar dan dia cukup tegas juga apalagi kalau berurusan dengan Wahyu. Wanita yang tidak mau ditindas tapi tetap santun, pas!

Meskipun bukan orang ketiga dalam hubungan Aisyah dan Alif, tapi sedikit nyelip aja, tidak membuat saya untuk membenci Dwi, malah penasaran ke depannya seperti apa, kisah Dwi malah lebih merana, huhuhuhu.. kok ya tega..

Sebenarnya saya penasaran dengan kisah antara Dwi dan Tri, apa yang membuat Dwi begitu mantap dengan Tri, moment yang lebih intens antara mereka berdua, alasan yang kuat atau pengorbanan apa sih yang dilakukan oleh Tri, kurang dieksplor aja, padahal seru kalau Tri lebih banyak diceritakan daripada Wahyu,, karena Alif lebih sering bertemu dengan Tri daripada Wahyu #TimPakTri

“Nak, cinta dan sayang (itu) fitrah. Tapi, sudahkah kita berpikir tentang siapa yang kita cintai dan kita sayangi?” kata Pak Ahmad yang mengundang rasa penasaran Aisyah.





Judul novel : Redup
Penulis : Adi Rustandi
Editor : Aris Rahman Yusuf
Tebal : viii + 206 hml; 14x21 cm
Penerbit : Pustaka Kata
ISBN : 978-623-90807-9-2

1 komentar untuk "Review Novel : Redup"