Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Mengenal Matematika Kreatif



Kalau dengar tentang pelajaran Matematika, aku merasa biasa aja. Bukan mata pelajaran favorite atau pelajaran yang menakutkan, hanya pelajaran yang menantang aja. Pernah dapat guru matematika yang enak banget ngajarnya, dikasi trik untuk pemecahan masalah.
Kadang dapat guru yang bikin astagfirullah, sebelum mulai pelajaran udah takut duluan, akibatnya pelajaran matematika menjadi menakutkan, sulit, dan ujung-ujungnya dapat nilai rata-rata, kurang memuaskan.

Aku percaya setiap pelajaran yang didapatkan di sekolah, pasti berguna dalam kehidupan sehari-hari. Termasuk mata pelajaran yang penuh dengan angka ini. Siapa sangka, ilmu matematika bisa diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

Studi kasus Matematika kreatif.

Ilmu yang bermanfaat adalah ilmu yang diamalkan, berikut pengalaman atau studi kasus matematika kreatif yang aku alami atau mungkin kamu juga mengalaminya :

Ambil 5 bayar 2

Punya teman yang kelewat kreatif, bikin aku geleng kepala, kok bisa ya meraka punya pikiran seperti itu?

Kejadian ini saat kelas 2 SMP, lokasi kelas sebelahan sama kantin, hal ini menyebabkan timbulnya pemikiran “kreatif” dari teman sekelas, terutama para cowok.

Sudah jadi kebiasaan para murid kalau lagi bosan di kelas, minta izin ke guru untuk ke kamar mandi, tapi nyatanya setelah ke kamar mandi kemudian belok ke kantin untuk jajan.

Suatu hari aku melihat gelagat aneh dari salah satu teman, sebut saja Saipul. Memasuki kelas dengan senyum simpul. Teman yang lihat penasaran dan bertanya.

Karena letak bangku Saipul belakangnya bangkuku, terdengar jelas apa yang dikatakan Saipul dengan temannya.

Ternyata saat di kantin, Saipul lupa bawa duit, tapi keburu udah makan gorengan 3 biji (kalau nggak salah ingat, cerita ini udah lama). Karena situasi di kantin ramai karena banyak kelas sebelah yang istirahat setelah pelajaran olahraga, si Saipul pura-pura bayar untuk 1 biji gorengan.

Perbuatannya tidak diketahui sama ibu penjual gorengan (lupa nama beliau), Saipul bercerita sambil ketawa bahagia, aku yang dengar rasanya pengin jambak dia.

Tidak sampai di situ saja, Saipul mulai mengasah keahliannya ke pedagang lainnya, terakhir dengar percakapan tentang "prestasi" dia, berhasil ambil pentol (cilok) tapi nggak bayar.

Beneran bikin jengkel, karena penjual pentol itu istri dari satpam sekolah, sedih banget kalau ada yang sengaja curi dagangannya, keadaan ekonomi beliau ini jauh dari kemapanan.

Aku tahu keadaan rumah dan ekonominya, karena Lina, anak Pak Satpam ini sekolah juga di sekolah yang sama namun kelasnya berbeda. Lumayan sering main ke rumah Lina sama teman yang lain.

Karena perbuatan Saipul and the gank nggak bener , tapi aku nggak bisa ngelabrak dia, maklum saja si Saipul itu emang bandelnya minta ampun, apalagi dia juga punya teman-teman di luar sekolah. Jadi mengurungkan niat untuk ngelabrak, takuuut...

Ngobrol ke Lina tentang kenakalan Saipul dan temannya, ternyata Lina udah sering dengar kasus seperti itu dari Ibunya, sayangnya anak-anak yang nakal tuh nggak dimarahi, karena ortunya Lina nggak mau rame di sekolah, takut jadi panjang urusan.

Dengernya bikin nyesek, nggak bisa kasih solusi, cuma bisa diam aja. Gusar sendiri sama perbuatan teman yang curi dagangan orang, tapi beneran nggak bisa berbuat apa-apa. Diam saja.

Cuma bisa diam



1 + 1 = 5000


Apa sih permasalahan yang sering dialami oleh seorang pelajar? Paling juga urusan akademik, pertemanan atau seputar cinta, permasalahan hidupnya tidak pelik seperti orang dewasa.

Matematika kreatif yang satu ini tidak untuk ditiru, nggak bangga melakukan hal ini, cukup dikenang aja sebagai kenakalan remaja.

Lahir dari keluarga berkecukupan, uang saku nggak pernah kekurangan, mau minta buku tulis, buku pelajaran, alat tulis, pasti orangtua menyanggupi untuk memenuhi kebutuhan anaknya.
Siapa sangka, ternyata sat remaja, aku temasuk “nggak tahu diri”, kalau diingat-ingat jadi sebel sama diri sendiri. Ikutan teman yang nggak bener, jadi merasa bersalah sama ortu.

Awalnya penasaran, lama-kelamaan ketagihan. Saat melihat salah satu teman sekelas, selalu beli barang branded pada saat itu, beli tas, beli handphone (belum smartphone), beli baju, dll. Saat ditanya belinya di mana, katanya beli di mall pakai uang sendiri.

Sebut saja ia mawar, si mawar keluarganya biasa-biasa aja, sama seperti aku dan teman sekelas, takjub aja kalau beneran ia bisa nabung untuk beli barang yang “wow” bagi murid SMA.

Nggak sengaja saat jam istirahat lihat si mawar dan beberapa teman lainnya serius banget di kelas, entah hitung apa. Saat didekati, mereka merencanakan untuk beli tiket konser, beli kaset dan marchendise Peterpan.

Mawar dan dua teman lainnya membuat semacam anggaran, mulai dari uang transpor, uang makan, tiket dan masih banyak lagi. Takjub banget punya teman yang memiliki keinginan besar.

Betah banget lihat mereka bertiga bikin rencana, tapi lama-kelamaan ada yang aneh, konser Peterpan kurang lebih 3 minggu lagi, dengan semua anggaran yang sudah ditulis, emangnya bisa nabung secepat kilat untuk memenuhi semua kebutuhan yang sudah dicatat?

Akhirnya, ketahuan juga “keajaiban” selama ini yang tak terlihat oleh mata, ternyata mereka mengkatrol atau menaikkan harga buku paket dan iuran kelas. Harga buku paket yang semestinya 75ribu, mereka menulis dengan harga 150ribu. Iuran kelas yang hanya 20ribu, cliiing… berubah menjadi 50ribu. Wow ajaib!

Harga yang sudah digandakan inilah yang akan disetor ke orangtua mereka untuk segera dibayar.

Lihat reaksiku yang kaget, mereka cuma ketawa, katanya,”Sari masih polos, dilarang nyontek (mengikuti perbuatan mereka)”.


Batinku ngedumel..


“Oalah.. pantesan barangnya branded banget untuk ukurang anak SMA, ternyata..”


Coba ikut-ikutan, karena pengin banget beli majalah edisi khusus boyband luar negeri. Kalau bisa dapat uang dengan cepat, kenapa harus nabung yang dapat hasilnya lama? Keburu habis majalah yang sudah jadi incaran.

Matematika level tak terbatas



Karena masih pemula, ambil “untung” hanya 5ribu perbuku. Ternyata ortu nggak curiga, lama-kelamaan nominal semakin besar, ambil untung 25ribu, iuran yang sebenarnya nggak ada, tiba-tiba muncul, semacam iuran fiktif.

Sepandai-pandainya sari melompat, akhirnya ndlosor juga. Ketahuannya bukan karena Mama marah-marah, hanya dapat sindiran halus.


“Loh tumben nggak ada iuran”.


Cuma gitu doang, langsung hatiku tertohok, entah beneran tanya atau nyidir. Ucapan gitu aja udah bikin kapok. Emang hati selalu gelisah kalau melakukan hal yang salah.

Beneran berhenti memanipulasi harga ketika naik ke kelas 3. Pikiran udah ke Ujian Nasional. Mau lulus SMA, persyaratannya masih simpang siur, katanya yang diujikan hanya 3 mata pelajaran, tapi ada yang bilang kalau seluruh mata pelajaran diujikan.

Merasa kelulusan saat itu begitu sulit, belajar aja nggak cukup, harus ada ridho orangtua, jadi janji ke diri sendiri untuk nggak nakal lagi deh.

Mantan ternyata jago matematika.

Beberapa kali menemukan kasus viral di media sosial yang berhubungan dengan mantan, salah satunya si mantan yang minta balikin semua duit yang sudah dikeluarkan oleh si cowok selama pacaran sama si cewek. Bikin gemes aja nih kaum Adam.

Sebut saja Rangga, pacar aku saat SMA yang sekarang sudah jadi mantan, kalau ingat dia rasanya pengin elus-elus dada.

Untungnya, pesan Mama yang aku ingat ketika pacaran, nggak boleh minta apapun ke pacar karena dia statusnya bukan suami.

“Pacaran nggak usah aneh-aneh. Nggak perlu minta apapun ke dia, karena statusnya bukan suamimu. Kalau mau minta apa-apa, bilang aja ke Mama, kamu masih punya orangtua”.

Awal pacaran emang semanis madu, lama-kelamaan kayak ditempelin ulat bulu, bikin garuk-garuk melulu.

Gimana nggak garuk-garuk, si mantan kayak ulat bulu, bikin gatal, nggak nyaman, pengin aku injek aja.

Karena sesuatu hal, akhirnya memutuskan untuk putus aja, sebelum beneran putus, ngobrol serius, pengin banget cari jalan keluar, eman kalau putus karena pacaran udah lumayan lama.

Tapi ya udahlah ya…

Memang lebih baik putus aja, obrolan yang tadinya serius beralih ke obrolan santai. Nggak tau ada angin apa, si Rangga ngobrol tentang barang apa aja yang sudah dikasih ke aku.

Pemberian dari dia memang karena ada moment spesial, misalnya dapat kado karena ulang tahun, dapat oleh-oleh saat dia lagi liburan. Akunya nggak minta, paling juga diajak makan saat jalan-jalan berdua, milih menu yang pengin dimakan.

Rangga nggak minta dibalikin barang yang udah dikasih, tapi nadanya saat dia ngomong kesannya mengungkit hal yang telah lalu, memberi kesan jika pengorbanan dia paling besar.

Denger ucapannya, bikin geleng-geleng kepala, gerakan bahu, pinggang dan kaki, rasanya pengin tak tinggal njoget ae.


Kok bisa sih punya pikiran kayak gitu…



Reaksiku pada mantan


Beberapa hari kemudian, aku balikin semua kado dari dia, dijadikan satu ke dalam kotak sepatu. Butuh waktu untuk cari semua kado dari dia. Setelah aku kumpulin, ternyata nggak banyak barang dari dia, bukti kalau aku jadi cewek nggak mlorotin kekayaan cowok.

Tapi aku lupa, selama pacaran udah habis berapa duit untuk makan dan bensin (kencannya pakai motor dia). Udah ancang-ancang kalau dia masih ungkit-ungkit, aku bakalan ungkit juga, berapa banyak waktu yang aku korbankan untuk dia.


Pacaran atau warung rawon kalkulator? Banyak itung-itungannya..


Cerita tentang maatematika kreatif ini bukan salah ilmunya, manusianya aja yang kebablasan, sebagai pengalaman hidup yang aku jalani, cukup jadi kenangan aja, buku untuk ditiru.

Manusia itu punya jiwa bertahan untuk bertahan hidup, meskipun banyak yang milih jalan pintas. Pengin kaya, bukannya cari duit halal, atur keuangan, eh malah korupsi.

Semoga kita diberi akal, diberi kreatifitas digunakan untuk hal yang bermanfaat dan positif. Bagaimana pengalamanmu tentang Matematika?

Posting Komentar untuk "Mengenal Matematika Kreatif"