Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

(1/365) Tak Pernah Terbiasa Dengan Patah Hati.




Bulan Maret memberikan banyak pengalaman hidup. Tidak menyangka berada pada titik yang harus menerima semuanya pada satu waktu. Bingung, nggak tau harus berbuat apa, hingga pada akhirnya saya menyadari jika saya tidak mampu lagi, keterbatasan sebagai manusia mencapai limitnya.

Sudah saatnya saya (terpaksa) melepaskan semua. Meskipun bukan keputusan saya, tapi saya tetap menjalaninya.


Kemudian muncul rasa menyalahkan diri sendiri,


Apakah saya kurang baik?

Apakah saya kurang kerja keras untuk mempertahankan?

Apakah pengorbanan yang telah diberikan tidak cukup?

Apakah ini semua salah saya?


Masih dalam keadaan bingung dengan sesuatu keputusan yang saya terima, ternyata tidak berhenti sampai di situ saja. Saya berada dalam kondisi seolah-olah menjadi pelaku, menjadi orang jahat yang dijatuhkan sedalam-dalamnya, padahal saya tidak tau apa-apa, mengapa bisa begini? Saya kira semua baik-baik saja.

Terjadi perubahan dalam diri saya, timbul emosi yang tidak saya kenal. Sedih, marah, bingung entah apalagi yang saya rasakan, bahkan saya bingung mendeskripsikan perasaan yang saya rasakan. Hanya sahabat saya yang mengetahui perubahan yang saya rasakan.

Sahabat saya yang membantu saya untuk melewati proses yang sulit, karena saya sudah merasakan warning pada tubuh, ini bukan saya, diri saya nggak seperti ini. Tentu saya membutuhkan bantuan daripada saya benar-benar kehilangan jati diri, kehilangan diri saya sendiri yang berharga.

Sebuah proses yang tidak mudah, pertama harus terpaksa melepaskan, kedua harus menerima jika nama saya yang tiba-tiba menjadi buruk, seakan-akan saya pelaku kejahatan.

Mungkin saya bukan manusia suci, namun ketika kejadian yang di luar nalar terjadi hingga 2 kali, melepaskan hal tanpa seizin saya dan nama baik saya diusik, saat itu juga saya bersyukur telah meninggalkan apa yang tidak baik.

Semua yang saya kira baik-baik saja, karena tidak ada hambatan pada pihak saya, tiba-tiba saya harus menerima yang tidak saya sukai, tidak saya setujui tapi pada akhirnya saya harus menerimanya.

Patah hati, bukan hanya rasa sayang yang dipatahkan, tapi impian, masa depan, perjuangan, pengorbanan, rencana-rencana, hingga kepercayaan sudah hancur bahkan tidak ada gunanya lagi.


Apa selanjutnya…


Saya selalu memberikan afirmasi positif kepada diri sendiri,


Saya berharga.

Saya kuat.

Saya sedang sedih, tapi saya harus melangkah lagi.

Saya sedang jatuh, tapi saya harus bangkit lagi.



Menulis ini bukan untuk pamer siapa yang lebih menderita, siapa yang lebih terluka. Tapi dari proses ini, saya lebih aware dengan mental health, semakin dalam untuk mengenali diri sendiri. Karena tubuh saya sudah memberikan sinyal, jangan abai jika ada hal yang tidak biasa pada tubuh.

Bahkan saya dipeluk sama sahabat saya ketika saya merasakan sesak, perasaan yang berkecamuk, membuat saya bingung, ingin marah tapi campur kecewa, sedih dan entah apa lagi. Hanya bisa minta untuk dipeluk sebentar.

Tidak perlu berusaha pura-pura kuat atau tegar. Saat itu yang saya lakukan adalah penerimaan diri, menerima diri saya sedang kehilangan, saya sedih, saya melepaskan semua apa yang saya perjuangkan.

Prosesnya tidak semudah itu, saya memberikan waktu berapapun lamanya untuk diri saya. Nggak apa-apa kalau tiba-tiba nangis, saya kasih waktu, setelah itu, ayo bangkit lagi. Paling penting bagi saya adalah menikmati prosesnya, sadar penuh dengan setiap langkah yang lakukan. Jika saya sedang makan, pikiran saya harus berada pada makanan yang ada di hadapan saya, tidak memikirkan hal lain yang membuat saya tidak sadar jika sedang makan.

Saya tidak serta-merta melakukan self healing, tentu ada pihak-pihak yang membantu saya, jangan serta-merta self diagnosa, tidak semudah itu untuk menyatakan suatu kondisi. Namun, berapa besar tekadmu untuk melawati semua? 

Saya tidak akan lupa dengan Sang pencipta, berdoa fokus dengan masa depan saya, kebahagiaan saya. Selain itu, keberadaan teman dan keluarga yang tidak kurang, dan tidak kalah penting adalah saya harus menolong diri saya sendiri.

Memberikan waktu sebanyak-banyak kepada diri sendiri untuk memulihkan diri, karena saya tidak ingin sekadar melupakan tapi kemudian hari ada yang membuat saya trigger kemudian down, saya tidak ingin seperti itu.

Saya ingin menelusuri, apa yang membuat diri saya tidak nyaman dengan emosi baru yang muncul, apa penyebapnya dan bagaimana saya harus mengatasinya.

Mungkin saat ini saya mundur beberapa langkah, merasa tertinggal karena teman-teman sudah banyak yang menikah. Tapi saya tidak membebani diri sendiri untuk segera lari cepat untuk mengejar ketertinggalan, sehingga saya melewatkan hal-hal di sekitar saya.

Saya akan mendahulukan apa yang tubuh dan jiwa saya butuhkan…

Saya tidak menutup diri, bahkan sudah membuka hati, bukan karena ingin cepat-cepat memiliki tambatan hati, tapi tidak ingin hati saya menjadi trauma. Saya tau jika kegagalan itu bisa dialami oleh siapa saja. Saya membuka hati dengan tetap hati-hati, tetap berproses menjadi pribadi yang lebih baik.

Saya masih diberi hidup, berarti jalan yang akan saya tempuh masih panjang, masih banyak potensi yang saya miliki. Tentunya, saya punya banyak pesona.


Hai bulan April,

Entah apa yang akan di depan, saya bersyukur masih banyak peduli dan percaya dengan saya. Sudah melepaskan semua tanpa beban, memiliki banyak perubahan dan saya menerima apa yang terjadi pada diri saya, penerimaan, memaafkan diri sendiri masih terus saya lakukan.

Bulan April menjadi 1/365, hari baru, harapan baru. Tidak akan akan pernah meninggalkan diri sendiri dalam situasi buruk. Semoga selalu ada hal-hal baik untuk kita semua.

Hai Sari, tidak apa-apa kamu kembali ke awal, kamu masih punya banyak kesempatan dan waktu untuk melakukan apa yang menjadi wishlist, masih punya impian untuk diraih. Hai, kamu single dengan banyak pesona. Jangan mengkerdilkan dirimu, buka hatimu untuk cinta dan lelaki baru....

3 komentar untuk "(1/365) Tak Pernah Terbiasa Dengan Patah Hati."

  1. Hai Mbak Sari, I knew
    Mbak Sari akan mendapatkan laki-laki yang sangat pantas dengan perempuan sebaik mbak sari

    BalasHapus
    Balasan
    1. Aamiin... Terimakasih doanya, hanya ingin menulis. Bagaimanapun keadaannya, tetap paling utama adalah mencintai diri sendirišŸ„°

      Hapus
  2. Semangat sari.... Yakin lah bahwa Tuhan sudah memberikan rencana yang lebih indah buatmu


    Ada banyak teman, sahabat dan kerabat yang akan selalu mendukungmu.
    Pengen bantu juga tapi gak tau gimana caranya

    BalasHapus