Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Tapi ini bukan tentang bromo

di bromo



Sebenarnya ingin menulis tentang rasa syukur, karena beberapa hari sebelum ke Bromo, hasil dari rumah sakit membawa berita yang bikin aku terharu, bahkan bikin aku nangis malam-malam karena nggak nyangka aja.

Namun, beberapa kali coba untuk menulis, rasanya kok bingung, karena cuma bisa nangis aja atas apa yang sudah aku lalui, yang aku perjuangkan. Rasanya rasa syukurku berwujud dengan menangis.

Berhubung ketika aku berada di ICU sudah aku tulis sebelumnya, rasanya makin semangat menulis tentang apa yang terjadi setahun kemudian, aku ke BROMOOOO!!!!

Setiap orang memiliki perjuangannya sendiri, semoga kamu yang sedang struggle tidak merasa sendirian untuk tetap menjalani kehidupanmu.

Boleh berhenti sejenak, tapi bukan menyerah.

Untuk kamu yang merasa struggle dalam permasalahan apapun, nasihat untukmu, tapi jika butuh pertolongan, bicaralah, jangan merasa sendiri. Egois lah, sembuhlah kuatlah untuk dirimu. Tidak punya alasan untuk bertahan, akan selalu ada dirimu sendiri yang seharusnya kamu lebih pedulikan.

Ketika berada di ICU, duniaku seperti melambat merasa tertinggal karena aku hanya berbaring di tempat tidur yang serba putih, bajuku pun serba putih. Setiap ruangan hanya diisi satu pasien, yang aku lihat hanya suster dan dokter yang bolak-balik menatap layar monitor kemudian ketik atau nulis yang entah apa yang mereka tulis.

Di ruangan ada beragam alat yang suaranya berirama, aahh ternyata untuk deteksi denyut jantung dan beragam mesin lainnya, nggak lupa 2 infus kiri dan kanan, yang satu untuk cairan infus dan satunya untuk obat, ditambah dengan alat bantu pernapasan. Waktuku rasanya melambat, sedikit tertinggal dengan hiruk pikuk dunia di luaran sana. Bingung juga harusnya aku bersyukur bisa bertahan, atau cara bertahan ini bikin aku menjadi lemah, karena aku nggak tau harus gimana.

Ketika itu, waktuku melambat atau mungkin bisa saja berhenti selamanya..

Fisik amat sangat lelah, nggak sanggup lagi terima obat, pikiran makin nggak karuan, perjalanan hati yang awalnya berontak nggak terima kalau aku sakit kayak gini, karena merasa masih muda, merasa sehat, nggak aneh-aneh, kenapa harus sakit.

Perlahan-lahan hati mulai menerima, bukankah seharusnya jika menerima cobaan, pertama kali yang harus dilakukan adalah menerima "cobaan" yang datang?

Mungkin aku lalai namun tidak menyadari, mungkin memang hanya cobaan yang harus diterima agar lebih dekat denganNya..

Penerimaan yang aku lalui, dan berhenti sejenak untuk berpikir berlebihan, kemudian lanjut berbicara dengan tubuhku sendiri, jika memang mau menyerah, nggak apa-apa. Tapi kalau masih ingin berjuang untuk sembuh, oke aku akan berusaha.

Ternyata beberapa hari, tubuh menunjukkan hal baik dan aku berhasil untuk ke rawat inap kemudian pulang ke rumah.

Ahhh.. perjuangannya bukan hanya ketika berada di rumah sakit, aku tau fisik nggak seperti dulu lagi, aku tau mengendalikan untuk tetap positif akan menjalani kehidupan nggak pernah mudah. Tapi harus tetap bertahan, karena aku ingin bangga dengan diriku, alasan aku berahan untuk diriku, hidup itu harus berjuang kan?

Jika diri ini ini bisa menghargai diri sendiri, jika bisa mencintai diri sendiri, aku ingin juga memberikan rasa sayangku, peduliku kepada semuanya.

Kadang masih merasa pesimis karena beberapa bulan kontrol rutin ke dokter, nggak ada perubahan, tapi kadang dapat kekuatan tidak disangka-sangka, seperti dapat semangat dari sesama pasien yang bahkan nggak aku kenal, mereka menyemangati dan percaya kalau aku sembuh.

Nggak lupa untuk ucap terimakasih pada teman-teman dan semuanya yang selalu mendoakan kebaikanku, semoga doa kalian dibalas berkali-kali lipat. Terimakasih banyak.

ke bromo


Setahun yang lalu, hari ini dan setahun kemudian.

Tepat pada tanggal 1 Agustus 2023 melakukan pemeriksaan, jika hasilnya kurang maka akan tetap lanjut berobat. Alhamdulillah hasilnya memuaskan, daaaaaaaan beberapa hari berikutnya mau ke Bromo.

Mengiyakan teman untuk ikutan ke Bromo dengan teman kantor, alasannya sih karena belum pernah ke sana, ingin melakukan hal yang belum dilakukan, tapi makin mendekati hari H, ya ampuuuun kok ya malu, nyempil di rombongan orang lan, tapi wes kadung budal, mosok ya mbalik maneh... ya ampun demi apa malam-malam ngumpul di kantornya orang.

Perjalanan yang menyenangkan, meskipun penuh perjuangan banget ya untuk menikmati jalan yang berkelok. Ketika tiba waktunya untuk menikmati sunrise. Semangat banget, pokoknya harus bisa. Naik tangga yang rame orang, ternyata bikin bangga juga yak, merasa semangat karena liat orang-orang yang nggak aku kenal, malah sempat guyon sama ibuk-ibuk dan mbak-mbak yang ikutan naik.

Setelah di puncak dan bersiap-siap untuk lihat sunrise, meskipun pada akhirnya ketutup sama kabut, tapi seruuu banget, pengin teriak "SEMANGAT SAAAR". "KAMU BISA SAAR", "KAMU KEREEEN". tapi mengurungkan niat, nanti dikira orang gila, wekekekekk..

Sempat terpisah dari rombongan, meskipu masih satu area sih, karena saat semua orang siap-siap mengabadikan momen, aku melihat samping kiri, kanan dan belakang, kok ya nggak ada yang aku kenal, jalan dikit ke kiri malah ketemu mas-mas Jepang, noleh kanan ketemu bule, tapiiii ujung-ujungnya malah foto bareng mas-mas darjo, hihihihi lucu juga mas-mas darjo.

Menyenangkaaaan, semua berkesan..

Tapi ini bukan bromo, ini perjalanan dan aku akan melaluinya meski sesulit apapun, karena aku tidak sendirian


Dengan menulis, lebih memahami diri sendiri, bisa memahami apa yang aku rasakan ketika kalut dalam kesedihan, ketika bingung antara sedih, takut dan perasaan khawatir. Bisa mendeskripsikan perasaan yang aku rasa, semua itu valid, dan semua adalah aku dari berbagai versi, nggak melulu ketawa, nggak melelu happy, aku juga bisa lemah dan hanya ingin menangis. Rasa lega banget kalau udah nulis, tenang aja karena yang aku tulis nggak semua aku jabarkan, ada hal-hal yang aku nikmati sendiri.

____
Meskipun dokter menyatakan kalau aku nggak perlu kontrol rutin lagi, tapi bukan berarti aku memiliki hidup yang kekal, suatu saat nanti bakalan berpisah dengan orang-orang yang aku sayangi.

Bukan pesimis, karena tetap berusaha untuk jaga kesehatan, jaga pola hidup hingga jaga makanan, namun manusia memiliki keterbatasan, bisa saja nanti kambuh lagi, bisa saja nanti akan terjadi sesuatu, bagaimanapun semoga meninggal dalam keadaan yang baik.

Bukan, bukan ingin menyerah atau pesimis. Aku masih ingin berjuang, untuk sampai kapanpun hingga final chapter.

Untuk kamu, semuanya. Semua yang sayang sama aku, semoga kehadiranku dalam hidupmu membawa hal-hal baik untuk dikenang, meskipun aku tak lepas dari kekurangan semoga bisa dimaafkan. Aku tahu, kalau menjadi dewasa semakin banyak tanggung jawab yang dibawa, meskipun keterbatasan waktu sehingga jarang untuk berjumpa, semoga rasa sayangmu turut serta dalam doamu sehingga mengalir kebaikan untuk kita bersama. Doa yang terbaik untukmu juga.

Terimakasih sudah berkenalan, berteman, bersaudara entah apa lagi sebutan yang indah untuk orang-orang yang aku sayangi, ketulusan ketika mengenalku, kesabaran menerima sikap baik dan buruk ku yang hingga saat ini tetap berada di sampingku sampai saat ini, amat sangat berterimakasih.

Semoga waktu yang kita miliki, dapat memberikan kebaikan untuk diri kita masing-masing. Terimakasih banyak untuk semuanya tanpa terkecuali.

Jangan merasa kesepian atau merasa berjuang sendirian, masih ada yang tulus dan peduli padamu. Nggak apa-apa berhenti sejenak, tapi jangan menyerah. Luv.

bersamanya


Posting Komentar untuk "Tapi ini bukan tentang bromo"