Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Sekarang, Selanjutnya dan Nanti

Sajian makan malam ini adalah Mi goreng istimewa, tanpa telor maupun sosis sebagai taburannya. Melainkan Mi goreng istimewa karena banyak "Tapi".

"Aku gawekno sisan, mi'ne." Kata Beliau.
(Aku sekalian dibuatkan minya).

"Tapi, sambel'e dipisah, mi'ne sing mateng, mie'ne siji ae." Imbuhnya.
(Tapi, sambalnya dipisah. kalau buat mi yang matang, minya satu saja).

Bapak yang selalu "Harus ini - itu" untuk setiap masakan yang akan dihidangkan, semakin tua tentunya kesehatan semakin dijunjung tinggi. Ini hanya seputar mi goreng untuk sajian makan malam, belum lagi sajian makan pagi, makan siang dan cemilan yang selalu aku sajikan di meja makan. Selalu ada catatan penting setiap kali aku memasak, tentunya saran dari Mama mengenai apa saja yang tidak-dan-boleh untuk disajikan di meja maka. "BIG NO! untuk makanan kaleng" itulah catatan penting yang pertama dari Mama yang sudah mengetahui kebiasaan dari Bapak, tentunya ada catatan penting lainnya. Misalnya, makanan itu harus pas jangan sampai kurang garam atau malah kelebihan garam, kalau goreng ikan harus benar-benar garing biar kalau dimakan kriuk - kriuk.

Pak, aku senang selalu menyajikan masakan untuk Bapak dan keluarga. Tapi, apakah nanti dan selanjutnya, tangan ini akan selalu memberikan sajian untuk Bapak?

Selalu memujiku dengan menyebutkan jika aku lebih dari seorang chef yang sering muncul di televisi, dan Bapaklah pelanggan dan kritikus makanan tetapku.

Setiap malam Minggu, Bapak selalu membuatku senewen tingkat tinggi paling maksimal dengan radius empat puluh kilometer tanpa henti, jika Beliau sellu mengejek aku dengan perkataan,"Malam Minggu kok di rumah, enggak ada yang ngajak kencan?"




BACA JUGA : TAHU ACI



Hastaga naga.. rasanya ingin pasang iklan di koran kalau ada jomblowati yang nelangsa setiap malam minggu itu muncul dalam satu minggu.

Pak, apa Bapak yakin jika aku diperbolehkan untuk malam minggu dengan kekasih hati, nantinya? Apa Bapak enggak cemburu anak gadismu yang cantik nan mempesona dari ujung rambut hingga ujung kaki dengan mengenalkan seorang lelaki di hadapan Bapak? dan Selanjutnya, apakah nanti Bapak bisa menjamin, ketika aku akan dipersitri oleh laki-laki yang nantinya aku akan menjadi tulang rusuknya, Bapak tidak akan menangis kepergianku untuk menjadi seorang wanita seutuhnya?.

Pak, lelaki yang entah siapa yang nantinya yang akan membawaku ke dalam jenjang pernikahan yang selalu aku idamkan, itu masih sebuah misteri yang akan dibuka perlahan - lahan oleh Sang pembuat takdir.

Tetapi biarkanlah aku hidup untuk hari ini, untuk sekarang yang bukanlah misteri bagiku. Sekarang yang berada tepat di hadapanku, bukanlah lelaki renta, dan bukan juga lelaki yang setia dengan rambut putihnya. Melainkan lelaki pertama yang amat sangat senang ketika aku terlahir di dunia ini, meskipun kelahiranku diiringi dengan gelegar tangisan yang amat sangat tidak beraturan, dalam istilah bernyanyi, suara tangisanku Picth Control-nya sangat kurang. Tapi, Bapak menyambutku dengan syukur yang teramat dalam.

Selanjutnya, aku tumbuh seperti ini, terlepas banyaknya kesalahan yang aku lakukan (ngompol di baju seragam, tiba - tiba aku kunci pintu kamar dari dalam tapi aku lompat dari jendela alhasil pintunya enggak bisa kebuka, suka sekali cari musuh dengan cara berantem dengan teman sekelas dan tetangga sendiri, dan masih banyak lagi keganjilan dari diriku). Tapi, Bapak masih menyebutku dengan sebutan "Anakku."

Nanti, akan jadi apakah aku? Tentu masih menjadi anaknya Bapak. Oh, semakin dipikir semakin mengerikan ketika terlintas pertanyaan,"Mampukah aku menjadi orangtua?"

Pak, mungkin permintaanku kepada Sang pemberi napas, selalu sama. Yaitu, bertahanlah lebih lama dan lebih lama lagi hingga aku menemukan lelaki yang pantas untuk beradu jabat tangan dengan melafalkan janji suci di hadapan Bapak dan Penghulu. Bertahanlah dan bersabarlah, Pak.





Aku, putri bungsumu.



Posting Komentar untuk "Sekarang, Selanjutnya dan Nanti"